ASPEK
KOGNITIF DAN ASPEK AFEKSI DALAM PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN
Oleh :
Iskandar
(Pustakawan Ahli
Madya Unhas)
Tulisan ini mencoba memberi gambaran tentang aspek
kognitif dan aspek afeksi dalam pemanfaatan perpustakaan. Tujuannya adalah agar
pemustaka dapat memanfaatkan perpustakaan sesuai dengan tujuan didirikannya
perpustakaan.
Perpustakaan
pada intinya didirikan untuk dimanfaatkan oleh pemustaka dengan sebaik-baiknya.
Banyak manfaat yang dapat diperoleh pemustaka ketika memanfaatkan perpustakaan
dengan baik dan benar diantaranya:
- Pemustaka mendapatkan layanan perpustakaan yang prima/berkualitas karena tujuan perpustakaan adalah memberikan layanan perpustakaan termasuk informasi lengkap dengan rujukan yang sesuai.
- Memperluas wawasan dan pengetahuan pemustaka yang mengarah kepada kecerdasan bangsa sesuai tujuan pendidikan nasional.
- Meningkatkan kegemaran membaca karena perpustakaan senantiasa menyiapkan koleksi yang sesuai dengan perkembangan zaman termasuk sesuai dengan kebutuhan pemustaka.
- Fungsi perpustakaan dapat dimanfaatkan pemustaka, antara lain perpustakaan sebagai wahana pendidikan, informasi, penelitian (riset), kultural, pelestarian, dan rekreasi bernuasa edukatif.
- Tugas perpustakaan mampu diserap pemustaka, antara lain mengumpulkan/mengadakan informasi, menyediakan dan mengolah informasi agar dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan pemustaka, menyebarkan informasi agar semua pemustaka mengetahuinya, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan memajukan kebudayaan nasional melalui koleksi (karya tulis, karya cetak, dan karya rekam) yang dimilikinya.
Pemanfaatan
perpustakaan sama dengan melakukan proses pembelajaran secara mandiri yang
memerlukan otak untuk berpikir dan juga memerlukan keterlibatan hati untuk
memahami kemajuan danm perkembangan ilmu pengetahuan sesuai minat atau profesi
masing-masing. Untuk itulah, aspek kognitif (otak) dan aspek afeksi (hati)
perlu dipadukan untuk memanfaatkan perpustakaan.
Di perpustakaan, berpikir menggunakan
otak memiliki sasaran oleh Bloom dengan pengelompokan aspek kognitif dalam Jogiyanto
HM (2006) sebagai berikut:
- Pengetahuan (knowledge), yaitu mengidentifikasi, mengambil, mengumpulkan fakta dan informasi.
- Pemahaman (comprehension), yaitu memiliki dan menggunakan fakta-fakta atau ide-ide untuk memamahami, menginterpretasikan atau membandingkan
- Aplikasi (application), yaitu menggunakan fakta-fakta, informasi, pengetahuan, aturan-aturan, teori-teori, atau prinsip-prinsip di situasi-situasi tertentu.
- Analisis (analysis), yaitu memisahkan yang utuh ke dalam bagian-bagian untuk melihat hubungan-hubungannya dan menemukan struktur dari idea tau konsep, mengidentifikasi bagian-bagian, hubungan-hubungan dan prinsip-prinsip.
- Sintesis (synthesis), yaitu menggabungkan bagian-bagian atau fakta-fakta untuk membangun ide yang baru dan kreatif, menciptakan sesuatu yang baru, solusi, dan mengusulkan tindakan-tindakan.
- Evaluasi (evaluation), yaitu mengembangkan opini-opini atau membuat keputusan-keputusan pada materi-materi informasi, atau permasalahan-permasalahan situasional yang didasarkan pada nilai, logika, dan kegunaannya.
Aspek afeksi erat kaitannya dengan
merasakan fungsi hati. Idealnya, semua unsur yang terkait dengan perpustakaan
(pustakawan, tenaga administrasi yang ada di perpustakaan, pimpinan, lembaga
induk) perlu menggunakan fungsi afeksi ini secara baik agar perpustakaan dapat
berjalan dengan baik. Pustakawan melayani dengan hati, tenaga administrasi
memberikan kelengkapan administrasi juga melayani dengan hati, kepala perpustakaan
memimpin dengan hati, dan lembaga induk mengeluarkan peraturan dan kebijakan
dengan hati sehingga tidak merugikan dan tidak bertentangan dengan
peraturan-peraturan terkait perpustakaan.
Perpustakaan yang memiliki kewenangan
untuk merealisasikan perpaduan aspek kognitif dan aspek afeksi ini untuk
mencerdasakan kehidupan bangsa. Kecerdasan yang dimaksud tentu dibarengi dengan
etika atau moral sehingga terwujudnya kecerdasan bangsa yang berkarakter
(bermoral).
Pustakawan profesional mempunyai afeksi
yang positif dengan hati yang tulus, ikhlas, tanggung jawab, komitmen, hangat,
empati, berkarakter, senang membantu, aspiratif, penuh cinta sehingga suasana
perpustakaan menjadi tempat yang nyaman dan bermakna bagi pemustaka.
Untuk itu, aspek kognitif dan aspek
afeksi dalam pemanfatan perpustakan perlu direalisasikan. Aspek kognitif
melambangkan keberhasilan pemustaka mendapatkan hal-hal positif di perpustakaan
melalui proses berpikirnya yang kritis dan aspek afektif menggunakan fungsi
hati untuk memilah mana yang baik dan mana yang tidak baik sehingga menjadi
pemustaka (user) yang cerdas dan
bermoral.
Sumber bacaan:
Jogiyanto
HM. Filosofi, Pendekatan, dan Penerapan
Pembelajaran Metode Kasus: Untuk Dosen dan Mahasiswa. Yogyakarta: Andi
Offset (Penerbit Andi), 2006.