Senin, 25 Januari 2016

PERPUSTAKAAN HYBRID



PERPUSTAKAAN HYBRID

Oleh:
Iskandar
(Pustakawan Madya Unhas)

Perpustakaan hybrid atau sering disebut perpustakaan hibrida adalah perpustakaan yang menggunakan dua cara yaitu cara elektronik dan tercetak, dipadukan untuk saling menunjang satu dengan yang lainnya. Perpustakaan hybrid sering juga disebut perpustakaan campuran, yaitu bercampurnya koleksi elektronik dengan koleksi non elektronik.

Sistem perpustakaan hybrid masih banyak yang menggunakannya di Indonesia, mulai perpustakaan sekolah, perguruan tinggi, sampai perpustakaan umum. Alasannya karena perpustakaan pada umumnya masih mengoleksi atau mengadakan pembelian koleksi tercetak dan koleksi berbasis elektronik.

Ciri-ciri perpustakaan hybrid:
  1.  Perpustakaan hybrid memadukan antara perpustakaan berbasis elektronik dengan perpustakaan berbasis cetak
  2. Koleksinya perpustakaan hybrid biasanya terdiri atas bahan cetak dan bahan noncetak
  3. Perpustakaan hybrid memiliki koleksi tercetak yang setara dengan koleksi digitalnya
  4. Perpustakan hibrida memiliki konsep cakupan jasa informasi yang mendukung ke arah koleksi elektronik atau digital tetapi tetap berbasis cetak.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perpustakaan hybrid: 

Koleksi
Layanan
SDM
Sarana dan prasarana
Menggabungkannya koleksi buku dan non buku misalnya: buku, majalah, dan juga bahan-bahan berupa jurnal elektronik, e-book dan sebagainya
Memadukannya cara elekronik dan non elektronik misalnya menggunakan software (online) dan menggunakan tatap muka (offline)
Membutuhkan pustakawan yang bisa komputer dan pustakawan  yang mampu memelihara, mengolah koleksi manual
Membutuhkan sarana dan prasarana perpustakaan yang mendukung tujuan perpustakaan hybrid yaitu berbasis cetak dan non cetak

 Perpustakaan hybrid memiki memiliki tujuan sesuai dengan tujuan perpustakaan pada umumnya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Perpustakaan hybrid masih menerapkan sistem semi elektronik, sehingga perpustakaan masih sangat sulit untuk temu balik koleksi cetak, membutuhkan waktu baik dalam pencarian, pengolahan, maupun penemuannya di rak, bahkan pustakawan sering sulit untuk mengontrol koleksi tercetaknya, dan perlu sering-sering melakukan stock opname.

Perpustakaan hybrid senantiasa menyiapkan koleksi berbasis elektronik dan berbasis cetak. Koleksi ini dipadukan dalam perpustakaan sehingga memperluas cakupan jasa informasi. Alasan bertahannya perpustakaan hybrid adalah karena masih banyak pemustaka yang mencari literatur berdasarkan sumber aslinya, khususnya untuk kajian literatur pada penelitian atau tugas akhir studi baik S1, S2, maupun S3.



5 komentar: