Selasa, 22 September 2015

SIKAP PEMUSTAKA KETIKA BERADA DI PERPUSTAKAAN



SIKAP PEMUSTAKA KETIKA BERADA DI PERPUSTAKAAN

Oleh:
Iskandar
(Pustakawan Madya Unhas)

Ketika seorang pemustaka berkunjung ke ruang kerjaku, pemustaka tersebut bertanya kepada saya tentang sikap. Sikap yang bagaimana seharusnya yang perlu ditunjukkan oleh seorang pemustaka ketika berada di perpustakaan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka tulisan singkat ini dapat menjadi gambaran tentang sikap tersebut.

Sikap yang dimaksud dalam tulisan ini adalah sikap yang mampu membawa dampak positif terhadap pemanfaatan koleksi perpustakaan. Berbicara sikap berarti berbicara terhadap tingkah laku. Tingkah laku yang diterapkan ketika pemustaka berada di perpustakaan. Tingkah laku yang baik, sopan, dan bisa juga kritis tentunya untuk pengembangan perpustakaan tetapi dengan cara yang positif.

Sikap dapat ditunjukkan dalam setiap bagian di perpustakaan, misalnya sikap yang dalam layanan sirkulasi, maka sikap yang dapat diterapkan misalnya:
1.   Sikap pemustaka terhadap penyimpanan bahan pustaka menurut susunan yang sesuai dengan peraturan;
2.      Sikap pemustaka terhadap katalog atau OPAC;
3.      Sikap pemustaka terhadap pemesanan koleksi;
4.      Sikap pemustaka terhadap kartu anggota;
5.      Sikap pemustaka terhadap layanan peminjaman, pengembalian, dan penagihan;
6.      Sikap pemustaka terhadap denda pada anggota yang terlambat mengembalikan buku;
7.      Sikap pemustaka terhadap perbaikan koleksi yang rusak;
8.      Sikap pemustaka terhadap statistik layanan sirkulasi.

Sikap ini berhubungan dengan kemampuan pemustaka menempatkan posisinya, menempatkan perannya, menempatkan tanggung jawabnya dalam memanfaatkan koleksi yang ada di perpustakaan, sehingga akan mencerminkan pemustaka yang disiplin, bertanggung jawab, mampu mengambil manfaat dengan sikap positifnya tersebut.

Sikap pemustaka akan bermanfaat jika mereka mampu:
1.   Mengetahui sikap yang baik. Sikap yang baik tentunya berhubungan dengan moral atau etika atau akhlak yang baik
2.   Memanfaatkan perpustakaan dengan niat yang baik. Niat yang baik ini adalah dengan selalu berprinsip perpustakaan sumber ilmu.
3.   Menjadikan perpustakaan sebagai milik pribadi. Hal ini artinya pemustaka menganggap perpustakaan adalah miliknya sehingga harus dijaga dan dimanfaatkan dengan baik, tentunya untuk keberhasilan studi
4.     Perpustakaan sebagai sarana pembelajaran terlengkap dan bermanfaat. Dengan berprinsip seperti hal ini, pemustaka memiliki keinginan untuk menjaga sarana ini agar dapat dimanfaatkan dengan baik dan benar.

Ketika sikap pemustaka disalurkan dengan baik atau diterapkan dengan baik, maka hal selanjutnya akan memberi manfaat positif untuk perpustakaan misalnya:
1.   Sebagai alat evaluasi. Dengan sikap pemustaka maka akan menjadi alat evaluasi untuk peningkatan kinerja setiap bagian.
2.   Sebagai masukan atau saran yang baik. Hal ini merupakan dasar untuk meningkatkan layanan ke depannya.
3.  Sebagai kontrol sosial. Hal ini untuk mengingatkan bahwa pustakawan harus dapat memberi layanan dengan sebaik-baiknya,
4.    Sebagai dasar layanan. Dengan sikap pemustaka maka dapat diketahui pemberian layanan yang sesuai.

Diharapkan sikap pemustaka mencerminka kemajuan perpustakaan, membuat pustakawan mampu mengoreksi diri dalam hal pemberian informasi dan layanan. Bukankah sikap positif akan menghasilkan hasil yang positif pula?





Senin, 29 Juni 2015

KUNJUNGAN KE PERPUSTAKAAN



KUNJUNGAN KE PERPUSTAKAAN 

Oleh:
Iskandar
(Pustakawan Madya Unhas)

Beberapa waktu yang lalu, saya ditunjuk sebagai penguji utama 1 pada ujian kualifikasi hasil penelitian tesis pada program pascasarjana ilmu perpustakaan dan informasi Islam di Makassar, dengan judul tesisnya, “Hubungan Kunjungan Peserta Didik ke Perpustakaan dengan Meningkatkan Prestasi Belajar di SMAN 12 Makassar (Studi Kasus Kelas XII IPA 5).

Awalnya, saya menyukai judul ini, alasannya judul ini menarik karena selama ini yang biasa saya baca adalah penelitian tentang hubungan minat baca dengan prestasi belajar, yang ini malah meneliti kunjungan ke perpustakaan terhadap prestasi belajar.

Setelah membaca seluruh isi tesis ini, saya menemukan beberapa kekurangan di dalamnya, misalnya saya tidak menemukan teori khusus yang membahas tentang kunjungan, olah data yang tidak teliti, tidak dilengkapi dengan data kuesioner, kemudian hipotesis yang tidak jelas.

Inti tulisan pendek ini adalah sedikit memberi gambaran tentang kunjungan pemustaka ke perpustakaan. Kunjungan yang dimaksud dalam penelitian di atas seharusnya adalah kunjungan ke perpustakaan untuk belajar, sehingga yang dijadikan sampel penelitian adalah siswa atau peserta didik yang datang ke perpustakaan untuk belajar. Bukankah tujuan pemustaka datang ke perpustakaan bervariasi?

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kunjungan ke perpustakaan misalnya:

  1. Faktor kebutuhan. Artinya, kunjungan ke perpustakaan adalah karena kebutuhan. Peserta didik butuh literatur, butuh informasi, butuh bahan penelitian, butuh bacaan yang terbaru, dan lain-lain
  2. Faktor tenaga kependidikan (dosen, guru). Artinya, kunjungan ke perpustakaan adalah karena guru atau dosen memberi tugas yang bahan-bahan penyelesaian tugas tersebut ada dalam perpustakaan, sehingga peserta didik pasti ke perpustakaan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Ini juga merupakan salah satu solusi yang baik untuk mengajarkan peserta didik cinta kepada perpustakaan.
  3. Faktor promosi. Artinya, pustakawan kreatif dalam mempromosikan perpustakaan kepada pemustaka sehingga pemustaka tertarik, penasaran untuk mencari informasi atau pengetahuan sesuai dengan yang di promosikan tersebut. Ini adalah skill yang perlu dimiliki oleh setiap pustakawan. Bukankah promosi perpustakaan sangat berpengaruh terhadap daya tarik orang untuk mencobanya?
  4. Faktor inisiatif atau keinginan sendiri. Artinya, pemustaka memiliki keinginan sendiri untuk menjadikan perpustakaan sebagai sarana untuk menyelesaikan studi, sarana untuk meningkatkan prestasi belajar, dan sarana untuk menambah pengetahuan dan menguasai atau mengetahui perkembangan teknologi dan informasi.
  5. Faktor kegemaran atau hobby. Artinya, pemustaka memiliki kegemaran untuk menggunakan fasilitas perpustakaan misalnya internet, buku fiksi dan non fiksi, media elektronik lainnya, untuk keberhasilan studinya dan peningkatan kemampuannya dalam menguasai perkembangan ilmu pengetahuan.
  6. Faktor efisensi. Artinya pemustaka memanfaatkan perpustakaan karena seluruh koleksi perpustakaan dapat dimanfaatkan dengan gratis (free). Pemustaka menganggap dengan ke perpustakaan mereka dapat menghemat anggaran untuk pembelian buku, sehingga anggaran tersebut dapat mereka manfaatkan untuk keperluan lain yang lebih mendesak.
  7. Faktor lain, misalnya karena janjian, karena ingin sekedar berkunjung, ingin mencari hal-hal baru untuk ide-ide penelitian dan lain-lain.

 Kunjungan ke perpustakaan adalah mengunjungi perpustakaan untuk keperluan proses pembelajaran sehingga tugas kuliah atau tugas sekolah dapat terselesaikan, pengetahuan bertambah, dan hasil akhirnya, prestasi belajar meningkat. Kunjungan ke perpustakaan tentu sangat bermanfaat bila peserta didik mampu memanfaatkan sumber-sumber pembelajaran yang ada di perpustakaan dengan baik dan benar. Perlu dipahami bahwa dengan mengunjungi perpustakaan maka diharapkan setiap pemustaka mampu menjadikan perpustakaan sebagai sarana pembelajaran, sarana penelitian, sarana informasi, sarana rekreasi untuk kecerdasan, sarana pelestarian budaya, yang mampu menjadikan pemustaka menjadi manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, sehat, demokratis dan bertanggung jawab. 




Rabu, 17 Juni 2015

STRUKTUR ORGANISASI PERPUSTAKAAN



STRUKTUR ORGANISASI PERPUSTAKAAN

Oleh:
Iskandar
(Pustakawan Madya Unhas)

Struktur organisasi adalah komposisi atau batasan-batasan personil yang ada dalam organisasi yang berfungsi untuk pengaturan tanggung jawab, pekerjaan, dan hubungan antar personil. Organisasi adalah sekumpulan orang yang saling bekerja sama, saling bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pustakawan perlu menguasai dan memahami struktur organisasi dalam perpustakaan agar pustakawan dapat memberikan layanan yang terbaik kepada pemustaka. Dalam struktur organisasi, pustakawan dapat mengetahui segala hal yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya, sehingga pada akhirnya tujuan perpustakaan dapat tercapai.

Manfaat struktur organisasi di perpustakaan adalah membuat pemustaka mengetahui:

1.      Kedudukan setiap pustakawan dalam perpustakaan
2.      Tugas masing-masing bagian dalam perpustakaan
3.      Peran dan fungsi pustakawan
4.      Tergambar tujuan setiap bagian
5.      Kegiatan atau pekerjaan setiap bagian di perpustakaan
6.      Tanggung jawab setiap pustakawan
7.      Wewenang sesuai bagian tugasnya
8.      Kewajiban dari setiap bagian di perpustakaan
9.      Hak setiap pustakawan
10.  Atasan, penanggung jawab, atau kepala perpustakaan
11.  Koordinator setiap bagian di perpustakaan
12.  Ketua Kelompok pustakawan
13.  Staf pelaksana
14.  Mekanisme atau alur setiap bagian yang saling berhubungan
15.  Garis komando
16.  Garis koordinasi

Adapun tujuan struktur organisasi di perpustakaan adalah:

  1. Agar pustakawan tidak saling menyalahkan, tidak saling lempar tanggung jawab, tidak saling mengharapkan, tidak saling berebut kekuasaan dalam perpustakaan.
  2. Pembagian tugas jelas sehingga memudahkan dalam pencapaian tujuan
  3. Pustakawan dapat lebih kreatif, berinovasi untuk pelaksanaan tugas masing-masing.
  4. Memudahkan dalam pengambilan keputusan sesuai kewenangan masing-masing
  5. Jalannya perpustakaan sesuai dengan harapan pemustaka karena tanggung jawab, kewajiban pada setiap bagian jelas dan terarah.
  6. Memudahkan pimpinan untuk mengambil keputusan, kebijakan berkaitan dengan permintaan informasi atau data untuk lembaga induk atau lainnya.
  7. Lebih efisen dalam penggunaan sumber daya pustakawan (SDP).
  8. Memudahkan dalam pengukuran kinarja karena setiap bagian telah memiliki tugas masing-masing.

 Struktur organisasi dalam perpustakaan perlu ditata mengenai kekuasaan, pekerjaan, tanggung jawab, dan fungsi masing-masing bagian agar dapat mencapai tujuan perpustakaan dengan baik. Setiap bagian harus siap untuk memberi layanan yang terbaik sesuai dengan tugas tanggung jawab bagiannya. Pustakawan perlu mengetahui tugas dan fungsi pada bagian masing-masing. Untuk itu, koordinator bagian perlu membuat job description untuk setiap bidang tugas pada bagiannya, menentukan personil atau pustakawan yang bertanggung jawab terhadap tugas tersebut, tujuannya adalah agar bagian tersebut dapat berjalan lancar sehingga tujuan perpustakaan dapat tercapai.

Manfaat dan tujuan dari pembentukan struktur organisasi dalam perpustakaan hanya akan berhasil jika setiap bagian di perpustakaan tetap bekerja sama, saling dukung mendukung, saling bahu membahu, dan saling menjaga keharmonisan masing-masing. Hal terpenting adalah struktur organisasi dalam perpustakaan perlu diketahui, dipelajari, dikuasai dan dilaksanakan agar tercipta lingkungan kerja yang menyenangkan dan tujuan perpustakaan dapat tercapai.