Selasa, 27 Desember 2016

DAFTAR TAMBAHAN KOLEKSI (ACCESSION LIST)



DAFTAR TAMBAHAN KOLEKSI (ACCESSION LIST)

Oleh:
Iskandar
(Pustakawan Madya Unhas)

Tulisan singkat ini merupakan jawaban atas pertanyaan terkait dengan accession list yang sering dibuat oleh pustakawan. Accession list atau daftar tambahan koleksi adalah daftar koleksi baru yang dimiliki perpustakaan baik dari hasil pembelian, hadiah, tukar-menukar, maupun koleksi buatan sendiri yang dibuat oleh pustakawan untuk jangka waktu tertentu (biasanya setelah proses penerimaan koleksi baru) agar diketahui oleh pemustaka dengan cepat dan selanjutnya, pemustaka dapat memanfaatkan koleksi baru tersebut dengan sebaik-baiknya.

Accession list merupakan terbitan yang tidak memiliki kala terbit atau frekuensi terbitnya tidak teratur, tergantung aktivitas proses penerimaan koleksi baru di perpustakaan. Karena itu, accession list dapat saja terbit setiap bulan, setiap dua kali sebulan, setiap tiga bulan sekali, setiap enam bulan sekali bahkan kadang setahun sekali.

Bulan
Penerimaan koleksi baru perpustakaan
Pembuatan accession list
Keterangan
Januari
Penerimaan koleksi hasil tukar-menukar
Bulan Januari
Accession list dibuat berdasarkan penerimaan koleksi baru perpustakaan
Februari
-
-
Maret
-
-
April
-
-
Mei
-
-
Juni
Penerimaan koleksi hasil Pembelian
Bulan Juni
Juli
-
-
Agustus
-
-
September
-
-
Oktober
-
-
November
-
-
Desember
Penerimaan koleksi hasil Hadiah
Bulan Desember

Dari tabel di atas diketahui bahwa penerimaan koleksi dalam setahun sebanyak tiga kali yaitu bulan Januari, Juni, dan Desember. Pembuatan accession list juga pada bulan Januari, Juni, dan Desember. Hal ini karena accession list dibuat berdasarkan penerimaan koleksi baru perpustakaan.

Manfaat pembuatan accession list adalah:
  1. Untuk memudahkan pemustaka mengetahui koleksi baru yang dimiliki oleh perpustakaan. Accession list dapat dibuat dengan “model” yang sesuai dengan kreativitas pustakawan, karena tujuan utama dari pembuatan accession list adalah untuk memudahkan pemustaka mengetahui koleksi baru yang dimiliki oleh perpustakaan sehingga diharapkan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karena itu, pustakawan perlu membuat accession list ini dengan cepat, agar cepat pula diketahui oleh pemustaka.
  2. Sebagai sarana promosi koleksi baru perpustakaan kepada pemustaka. Hal ini menjadi tujuan pustakawan menerbitkan accession list. Dengan promosi ini diharapkan koleksi baru perpustakaan dapat diketahui oleh khalayak atau pemustaka seluas-luasnya.
  3. Sebagai laporan penerimaan koleksi baru perpustakaan. Koleksi baru hasil penerimaan baik dari hasil pembelian, tukar menukar, maupun hadiah perlu dilaporkan keberadaannya kepada atasan pustakawan. Tujuannya agar atasan pustakawan tersebut dapat mengambil kebijakan atau keputusan penting terkait koleksi tersebut.
  4. Dapat berfungsi sebagai katalog. Koleksi baru perpustakaan yang dibuatkan accession list dapat dijadikan sebagai katalog karena hasil input dari database koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan. Karena itu, pustakawan perlu membuat accession list ini dengan “identitas koleksi” sedetail-detailnya.
 Pustakawan perlu mengetahui arti pentingnya pembuatan accession list ini. Pustakawan juga perlu segera membuat accession list jika koleksi perpustakaan baru telah diterima oleh perpustakaan agar dapat dengan cepat diketahui dan dimanfaatkan oleh pemustaka.

Diharapkan dengan pembuatan accession list ini, koleksi perpustakaan dapat diketahui, dikenali, dan dimanfaatkan oleh pemustaka dengan sebaik-baiknya.



Kamis, 22 Desember 2016

MANFAAT PEMBUATAN PATHFINDER BAGI PEMUSTAKA



MANFAAT PEMBUATAN PATHFINDER BAGI PEMUSTAKA

Oleh:
Iskandar
(Pustakawan Madya Unhas)

Tulisan ini untuk memberi pengetahuan singkat tentang manfaat pembuatan pathfinder di perpustakaan. Pathfinder artinya panduan pustaka yang dibuat oleh pustakawan sebagai panduan awal dan alat bantu bagi pemustaka untuk melakukan penelusuran secara mandiri di perpustakaan. Secara rinci, tujuan pembuatan pathfinder adalah:
  1. Sebagai sarana penemuan informasi. Sarana penemuan informasi maksudnya adalah ketika pemustaka mencari informasi, dengan adanya pathfinder maka informasi tersebut dapat ditemukan, diketahui, dengan cepat, tepat dan sesuai dengan keinginan atau permintaan pemustaka.
  2. Mempermudah pemahaman dan pengetahuan atas informasi di perpustakaan. Pemustaka ketika ke perpustakaan dengan niat untuk mengetahui dan memahami suatu informasi, maka solusi yang tepat adalah dengan merujuk ke pathfinder agar informasi tersebut menjadi jelas, dipahami, dan dapat menjadi rujukan untuk pemahaman dan pengetahuan yang lebih sesuai dengan kebutuhan.
  3. Mengetahui subjek tertentu. Pengetahuan terhadap subjek tertentu diperlukan agar pemustaka tidak salah kaprah atau salah memahami maksud dari suatu subjek ilmu. Pengetahuan pemustaka tentang suatu subjek dapat terbantukan dengan adanya pathfinder yang telah disiapkan oleh pustakawan.
  4. Memperluas pengetahuan pemustaka. Pengetahuan pemustaka akan berkembang karena pathfinder yang dibuat pustakawann berasal dari semua koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan. Koleksi itu misalnya, buku, majalah/jurnal, terbitan berkala, koleksi repository, koleksi berbasis online, dan lain-lain. Tentunya, koleksi tersebut saling berkaitan sesuai subjek yang dicari.
  5. Memudahkan mengetahui bibliografi koleksi. Setiap pathfinder yang dibuat oleh pustakawan dilengkapi dengan bibliografi koleksi sehingga memudahkan pemustaka untuk mendapatkan daftar bibliografi baik untuk sarana penelusuran lebih lanjut, maupun untuk pembuatan daftar pustaka jika pemustaka membutuhkannya.
  6. Memudahkan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan maksudnya, pemustaka dapat memutuskan koleksi atau informasi yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhannya, karena koleksi yang digunakan dalam pembuatan pathfinder dilengkapi dengan anotasi koleksi.
 Pustakawan dapat membuat pathfinder ini dengan menggunakan semua rujukan koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan agar informasi sesuai “subjeknya” dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pemustaka. Semua rujukan itu meliputi buku, makalah, hasil-penelitian, skripsi, tesis, disertasi, terbitan berkala, sumber referensi, website, audio visual, dan sebagainya dengan melengkapi bibliografi koleksi dan anotasinya. Pembuatan pathfinder dalam perpustakaan membantu pemustaka untuk lebih menggunakan atau memberdayakan koleksi perpustakaan dengan sebaik-baiknya. 

Untuk itu, dengan pembuatan pathfinder ini diharapkan:
  1. Koleksi perpustakaan dapat dimanfaatkan oleh pemustaka dengan baik dan benar
  2. Koleksi perpustakaan dapat dikenali oleh pemustaka dengan segala keanekaragamannya secara dalam dan seluas-luasnya
  3. Pustakawan dapat merealisasikan tugas, fungsi, dan tujuan perpustakaan
  4. Membantu pemustaka untuk mengambil manfaat yang sebesar-besarnya, termasuk keberhasilan dalam profesi pemustaka.
  5. Informasi dapat ditemukan dengan cepat, tepat, dan sesuai kebutuhan.
  6. Pemustaka memiliki kemampuan literasi informasi.
 Contoh pembuatan pathfinder dengan merujuk ke Peraturan Kepala  Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya:

PANDUAN PUSTAKA (PATHFINDER)

I. Judul Panduan Pustaka (Pathfinder)
HIV/AIDS

II. Ruang Lingkup: 

HIV/AIDS adalah salah satu topik yang sering dicari oleh pemustaka  di UPT perpustakaan Unhas. Karena itu, perlu dibuatkan panduan pustaka (pathfinder) agar penemuan koleksi dapat dilakukan dengan cepat, tepat, dan sesuai permintaan atau kebutuhan pemustaka. Dalam pembuatan panduan pustaka (pathfinder) ini sumber bibliografi yang dapt ditelusuri secara mandiri meliputi buku (lokasi koleksi pada lantai 2), majalah/jurnal tercetak dan koleksi surat kabar (berada pada lantai 3), dan KARYA ILMIAH (Laporan, Skripsi, Tesis, Disertasi) ONLINE yang merupakan koleksi repository UPT Perpustakaan Unhas

III. Jenis Sumber Informasi

A. Buku  
 B. Majalah/Jurnal
 
 C. Artikel Surat Kabar
 
  D. KARYA ILMIAH (Laporan, Skripsi, Tesis, Disertasi) ONLINE 

Contoh pembuatan pathfinder di atas dapat dijadikan sebagai salah wujud hasil kerja pustakawan yang diharapkan dapat membantu pemustaka menemukan informasi secara lengkap pada semua jenis koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan. 

Untuk itu, hasil kerja pustakawan dalam membuat pathfinder ini diharapkan akan meningkatkan citra pemanfaatan perpustakaan dan juga bermanfaat bagi pemustaka.