KEMAMPUAN
PUSTAKAWAN MENANGANI STRES, CEMAS, DAN DEPRESI
Oleh:
Iskandar
(Pustakawan Ahli Madya Universitas
Hasanuddin)
Tulisan ini untuk memberi gambaran
perlunya pustakawan menangani stress, cemas, dan depresi terlebih jika
menghadapi beban atau tekanan mental akibat tugas-tugasnya sebagai pustakawan. Pustakawan
bekerja sebagai tenaga fungsional kadangkala menghadapi karakter pemustaka yang
beragam ditambah beban pekerjaan yang berat.
Beban kerja yang berat, banyak, serta
menghadapi karakter pemustaka yang sangat beragam dapat merupakan beban atau
tekanan mental disebut stresor
psikososial. Stresor psikososial adalah
setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan
seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri
untuk menanggulanginya. Namun, tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan
mengatasi stressor tersebut sehingga
timbullah keluhan-keluhan antara lain berupa stres, cemas, dan depresi.
Stres adalah respon tubuh yang sifatnya
non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Misalnya bagaimana respon
tubuh seseorang manakala yang bersangkutan mengalami beban pekerjaan yang
berlebihan. Bila ia sanggup mengatasinya artinya tidak ada gangguan pada fungsi
organ tubuh maka dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami stres. Tetapi
sebaliknya, bila ternyata ia mengalami
gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan
tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik maka ia disebut
mengalami distres. Gejala yang dikeluhkan didominasi oleh keluhan-keluhan
somatik (fisik) tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan psikis.
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan
(affective) yang ditandai dengan
perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak
mengalami gangguan dalam menilai realitas (masih baik), kepribadin masih tetap
utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian), perilaku dapat terganggu tetapi
masih dalam batas-batas normal. Gejala yang dikeluhkan didominasi oleh
keluhan-keluhan psikis (ketakutan dan
kekhawatiran), tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan somatik (fisik).
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan
dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan
hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (masih baik),
kepribadian tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian) perilaku dapat
terganggu tetapi dalam batas-batas normal. Gejala yang dikeluhkan didominasi
oleh keluhan-keluhan psikis (kemurungan
dan kesedihan) tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan somatik (fisik). (Dadang
Hawari 2011, 17-20).
Upaya yang dapat dilakukan oleh
pustakawan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap stress, cemas, dan
depresi adalah:
- Makanan. Makan dan minum hendaknya yang halal dan yang baik serta tidak berlebihan, berhenti makan sebelum kenyang, jadwal makan hendaknya teratur, dan jangan terlambat makan. Menu makanan hendaknya bervariasi, berimbang, dan hangat. Jumlah kalori makanan dan minuman yang sedang-sedang saja dan wajar, jangan berlebihan sehingga dapat mengakibatkan kegemukan.
- Tidur. Tidur adalah “obat” alamiah yang dapat memulihkan segala keletihan fisik dan mental. Jadwal tidur hendaknya teratur. Lama tidur yang baik adalah antara 7-8 jam dalam semalam (jam 21.00 s/d jam 05.00). Tidur yang nyenyak tanpa gangguan mimpi-mimpi yang menegangkan dan menyeramkan adalah tidur yang sehat.
- Olah raga. Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan, baik fisik maupun mental adalah dengan berolahraga. Olah raga yang dapat dilakukan misalnya, jalan pagi, lari pagi, ataupun senam yang dapat dilakukan setiap hari atau paling tidak 2 kali seminggu.
- Rokok. Merokok adalah kebiasaan hidup yang tidak baik bagi kesehatan, ketahanan, dan kekebalan tubuh.
- Minuman keras. Meminum minuman keras (mengandung alkohol) adalah kebiasaan hidup yang tidak baik. Minuman keras dapat merusak kesehatan, ketahanan tubuh, dan kekebalan tubuh. Dampak dari minuman keras dapat mengakibatkan gangguan mental dan perilaku serta penyakit lever (cirrhosis hepatis).
- Berat badan. Orang dengan berat badan berlebihan (kegemukan/obesitas) atau sebaliknya akan menurunkan daya tahan tubuh dan kekebalan tubuh terhadap stres.
- Pergaulan (silaturrahmi). Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh terhadap stres maka orang hendaknya banyak bergaul, banyak relasi, dan teman serta perluas pergaulan sosial sehingga dapat bertukar pikiran, mengeluarkan segala macam persolan kehidupan yang dapat menimbulkan ketegangan, kecemasan, atau depresi.
- Waktu. Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik serta mental maka pengaturan waktu diperlukan. Setiap orang perlu mengatur waktu kehidupannya secara efektif dan efisien. Jangan biarkan waktu berlalu begitu saja tanpa produktivitas, sebaliknya jangan pula kekurangan waktu untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Dalam menyelesaikan suatu pekerjaan hendaknya segera dilakukan, jangan ditunda-tunda sampai menumpuk dan terdesak (kepepet) atau dikejar-kejar ‘deadline’ (batas waktu).
- Agama. Manusia adalah makhluk fitrah (berketuhanan) dan karenanya memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar spiritual (basic spiritual needs). Berbagai penelitian membuktikan bahwa tingkat keimanan seseorang erat hubungannya dengan imunitas atau kekebalan, baik fisik maupun mental.
- Rekreasi. Guna membebaskan diri dari kejenuhan pekerjaan atau kehidupan yang monoton maka meluangkan waktu untuk rekreasi atau mencari hiburan (hiburan yang sehat tentunya) amatlah baik guna memulihkan ketahanan dan kekebalan fisik dan mental. Bila mungkin seseorang dapat mengatur waktu untuk rekreasi sekeluarga (ayah, ibu, dan anak) bersama-sama seminggu sekali, dan seminggu sekali pula hanya suami dan istri (tanpa anak) meluangkan waktu untuk relaks. Rekreasi atau hiburan bersama keluarga merupakan sarana komunikasi yang efisien dan efektif untuk menjalin dan mempererat tali silatuhrahmi (kasih sayang) antar anggota keluarga.
- Sosial ekonomi (keuangan). Seseorang hendaknya dapat mengatur keseimbangan antara pemasukan (pendapatan) dan pengeluaran belanja, jangan sampai terjadi sebagaimana peribahasa mengatakan “lebih besar pasak daripada tiang”. Penggunaan uang sebaiknya bersifat produktif dan pengeluaran yang konsumtif sifatnya perlu dikendalikan dan dibatasi.
- Kasih sayang. Salah satu kebutuhan dasar manusia selain sandang, pangan, dan papan adalah kebutuhan psikologik yaitu mencintai dan dicintai dengan penuh rasa kasih sayang. Penelitian di Amerika menyatakan bahwa 80% para eksekutif menderita stres karena faktor kehidupan keluarga yang tidak harmonis.
- Lain-lain. Di kalangan masyarakat Barat yang tidak melakukan pendekatan psikoreligius, dalam upaya seseorang untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan terhadap stres dilakukan aktivitas seperti relaksasi, meditasi, yoga, dan lain sebagainya, yang pada hakekatnya hal-hal tersebut dapat dilakukan dalam ruang lingkup pengamalan ibadah agama. (Dadang Hawari 2011, 116-129).
Pustakawan perlu
memahami, berlatih, dan menguasai cara menangani stres, cemas, dan depresi agar
dapat memberikan layanan yang berkualitas kepada pemustaka. Untuk itu,
pustakawan perlu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap stres dengan tetap
senantiasa memanajemen stres dengan cara meningkatkan kekebalan dan menanggulangi
stresor psikososial dengan cara hidup
yang teratur, serasi, selaras, dan seimbang, pustakawan juga perlu selalu
bersyukur dan melakukan pendekatan kepada tuhan, serta tetap selalu
berinteraksi dengan sesama orang lain termasuk lingkungan sekitar.
Sumber bacaan:
Dadang
Hawari. Manajemen Stres, Cemas, dan
Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2011.