Selasa, 31 Oktober 2017

KEMAMPUAN PUSTAKAWAN MENANGANI STRES, CEMAS, DAN DEPRESI



KEMAMPUAN PUSTAKAWAN MENANGANI STRES, CEMAS, DAN DEPRESI

Oleh:
Iskandar
(Pustakawan Ahli Madya Universitas Hasanuddin)

Tulisan ini untuk memberi gambaran perlunya pustakawan menangani stress, cemas, dan depresi terlebih jika menghadapi beban atau tekanan mental akibat tugas-tugasnya sebagai pustakawan. Pustakawan bekerja sebagai tenaga fungsional kadangkala menghadapi karakter pemustaka yang beragam ditambah beban pekerjaan yang berat.

Beban kerja yang berat, banyak, serta menghadapi karakter pemustaka yang sangat beragam dapat merupakan beban atau tekanan mental disebut stresor psikososial. Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Namun, tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stressor tersebut sehingga timbullah keluhan-keluhan antara lain berupa stres, cemas, dan depresi.

Stres adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Misalnya bagaimana respon tubuh seseorang manakala yang bersangkutan mengalami beban pekerjaan yang berlebihan. Bila ia sanggup mengatasinya artinya tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh maka dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami stres. Tetapi sebaliknya, bila ternyata ia mengalami  gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik maka ia disebut mengalami distres. Gejala yang dikeluhkan didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik) tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan psikis.

Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (masih baik), kepribadin masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Gejala yang dikeluhkan didominasi oleh keluhan-keluhan psikis (ketakutan dan kekhawatiran), tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan somatik (fisik).

Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (masih baik), kepribadian tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian) perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal. Gejala yang dikeluhkan didominasi oleh keluhan-keluhan  psikis (kemurungan dan kesedihan) tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan somatik (fisik). (Dadang Hawari 2011, 17-20).

Upaya yang dapat dilakukan oleh pustakawan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap stress, cemas, dan depresi adalah:
  1. Makanan. Makan dan minum hendaknya yang halal dan yang baik serta tidak berlebihan, berhenti makan sebelum kenyang, jadwal makan hendaknya teratur, dan jangan terlambat makan. Menu makanan hendaknya bervariasi, berimbang, dan hangat. Jumlah kalori makanan dan minuman yang sedang-sedang saja dan wajar, jangan berlebihan sehingga dapat mengakibatkan kegemukan.
  2. Tidur. Tidur adalah “obat” alamiah yang dapat memulihkan segala keletihan fisik dan mental. Jadwal tidur hendaknya teratur. Lama tidur yang baik adalah antara 7-8 jam dalam semalam (jam 21.00 s/d jam 05.00). Tidur yang nyenyak tanpa gangguan mimpi-mimpi yang menegangkan dan menyeramkan adalah tidur yang sehat.
  3. Olah raga. Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan, baik fisik maupun mental adalah dengan berolahraga. Olah raga yang dapat dilakukan misalnya, jalan pagi, lari pagi, ataupun senam yang dapat dilakukan setiap hari atau paling tidak 2 kali seminggu.
  4.  Rokok. Merokok adalah kebiasaan hidup yang tidak baik bagi kesehatan, ketahanan, dan kekebalan tubuh.
  5. Minuman keras. Meminum minuman keras (mengandung alkohol) adalah kebiasaan hidup yang tidak baik. Minuman keras dapat merusak kesehatan, ketahanan tubuh, dan kekebalan tubuh. Dampak dari minuman keras dapat mengakibatkan gangguan mental dan perilaku serta penyakit lever (cirrhosis hepatis).
  6. Berat badan. Orang dengan berat badan berlebihan (kegemukan/obesitas) atau sebaliknya akan menurunkan daya tahan tubuh dan kekebalan tubuh terhadap stres.
  7. Pergaulan (silaturrahmi). Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh terhadap stres maka orang hendaknya banyak bergaul, banyak relasi, dan teman serta perluas pergaulan sosial sehingga dapat bertukar pikiran, mengeluarkan segala macam persolan kehidupan yang dapat menimbulkan ketegangan, kecemasan, atau depresi.
  8. Waktu. Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik serta mental maka pengaturan waktu diperlukan. Setiap orang perlu mengatur waktu kehidupannya secara efektif dan efisien. Jangan biarkan waktu berlalu begitu saja tanpa produktivitas, sebaliknya jangan pula kekurangan waktu untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Dalam menyelesaikan suatu pekerjaan hendaknya segera dilakukan, jangan ditunda-tunda sampai menumpuk dan terdesak (kepepet) atau dikejar-kejar ‘deadline’ (batas waktu).
  9. Agama. Manusia adalah makhluk fitrah (berketuhanan) dan karenanya memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar spiritual (basic spiritual needs). Berbagai penelitian membuktikan bahwa tingkat keimanan seseorang erat hubungannya dengan imunitas atau kekebalan, baik fisik maupun mental.
  10. Rekreasi. Guna membebaskan diri dari kejenuhan pekerjaan atau kehidupan yang monoton maka meluangkan waktu untuk rekreasi atau mencari hiburan (hiburan yang sehat tentunya) amatlah baik guna memulihkan ketahanan dan kekebalan fisik dan mental. Bila mungkin seseorang dapat mengatur waktu untuk rekreasi sekeluarga (ayah, ibu, dan anak) bersama-sama seminggu sekali, dan seminggu sekali pula hanya suami dan istri (tanpa anak) meluangkan waktu untuk relaks. Rekreasi atau hiburan bersama keluarga merupakan sarana komunikasi yang efisien dan efektif untuk menjalin dan mempererat tali silatuhrahmi (kasih sayang) antar anggota keluarga.
  11. Sosial ekonomi (keuangan). Seseorang hendaknya dapat mengatur keseimbangan antara pemasukan (pendapatan) dan pengeluaran belanja, jangan sampai terjadi sebagaimana peribahasa mengatakan “lebih besar pasak daripada tiang”. Penggunaan uang sebaiknya bersifat produktif dan pengeluaran yang konsumtif sifatnya perlu dikendalikan dan dibatasi.
  12. Kasih sayang. Salah satu kebutuhan dasar manusia selain sandang, pangan, dan papan adalah kebutuhan psikologik yaitu mencintai dan dicintai dengan penuh rasa kasih sayang. Penelitian di Amerika menyatakan bahwa 80% para eksekutif menderita stres karena faktor kehidupan keluarga yang tidak harmonis.
  13. Lain-lain. Di kalangan masyarakat Barat yang tidak melakukan pendekatan psikoreligius, dalam upaya seseorang untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan terhadap stres dilakukan aktivitas seperti relaksasi, meditasi, yoga, dan lain sebagainya, yang pada hakekatnya hal-hal tersebut dapat dilakukan dalam ruang lingkup pengamalan ibadah agama. (Dadang Hawari 2011, 116-129).
 Pustakawan perlu memahami, berlatih, dan menguasai cara menangani stres, cemas, dan depresi agar dapat memberikan layanan yang berkualitas kepada pemustaka. Untuk itu, pustakawan perlu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap stres dengan tetap senantiasa memanajemen stres dengan cara meningkatkan kekebalan dan menanggulangi stresor psikososial dengan cara hidup yang teratur, serasi, selaras, dan seimbang, pustakawan juga perlu selalu bersyukur dan melakukan pendekatan kepada tuhan, serta tetap selalu berinteraksi dengan sesama orang lain termasuk lingkungan sekitar.

Sumber bacaan:
Dadang Hawari. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2011.



Senin, 30 Oktober 2017

KEMAMPUAN PUSTAKAWAN MEMBUAT LAPORAN KERJA PERPUSTAKAAN



KEMAMPUAN  PUSTAKAWAN MEMBUAT LAPORAN KERJA PERPUSTAKAAN

Oleh:
Iskandar
(Pustakawan Ahli Madya Universitas Hasanuddin)

Tulisan ini untuk memberi gambaran perlunya pustakawan memiliki kemampuan dalam membuat Laporan Kerja Perpustakaan. Laporan kerja perpustakaan ini dibuat setelah melakukan atau merealisasikan Rencana Kerja Perpustakaan.

Peraturan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2012 tentang penetapan rancangan standar kompetensi kerja nasional Indonesia sektor jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan, dan perorangan lainnya bidang perpustakaan menjadi standar kompetensi kerja nasional Indonesia, memberi pengertian terkait Laporan Kerja Perpustakaan adalah dokumen tertulis yang berisi tentang penjelasan pelaksanaan kegiatan perpustakaan sebagai suatu bentuk pertanggungjawaban kerja.

Dari pengertian tersebut, Laporan kerja Perpustakaan memuat:
  1. Pelaksanaan kegiatan. Dalam Laporan kerja Perpustakaan harus mencantumkan pelaksanaan kegiatan agar mudah dikritisi, diketahui permasalahan dalam pelaksanaannya sehingga mudah dalam pemberian solusi.
  2. Pertanggungjawaban kerja. Laporan kerja Perpustakaan memuat pertanggungjawaban kerja selama periode tertentu sehingga akan tergambar prestasi kerja, pencapaian target kerja, tercapainya visi dan misi perpustakaan, serta memudahkan dalam mengevaluasi program latihan dan efektifnya jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja, dan peralatan kerja.
 Laporan Kerja Perpustakaan perlu dibuat agar:
  1. Kinerja perpustakaan dapat direalisasikan. Dalam membuat laporan Laporan Kerja Perpustakaan maka akan tergambar seberapa aktifnya perpustakaan dalam merealisasikan program kerjanyanya. Kinerja perpustakaan akan berpengaruh secara langsung dengan kepuasan pemustaka. Gambaran keberhasilan kinerja perpustakaan dapat diketahui dari Laporan Kerja Perpustakaan.
  2. Kelemahan perpustakaan akan diketahui. Laporan Kerja Perpustakaan yang telah dibuat akan menggambarkan kelemahan perpustakaan. Kelemahan ini dapat diperbaiki untuk masa-masa yang akan datang.
  3. Tercapai visi dan misi perpustakaan. Laporan Kerja Perpustakaan akan mencerminkan keberhasilan visi dan misi perpustakaan. Karena itu, Laporan Kerja Perpustakaan hendaknya dibuat secara berkala.
  4. Diketahui prestasi kerja lembaga. Laporan Kerja Perpustakaan pada prinsipnya memuat prestasi kerja lembaga/perpustakaan. Prestasi kerja ini menjadi harapan pemustaka.
  5. Dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan, penentuan kebijakan, dan solusi-solusi dalam pengembangan perpustakaan.
  6. Untuk mengukur prestasi kerja. Dengan Laporan Kerja Perpustakaan akan mudah diukur sejauh mana keberhasilan prestasi kerja perpustakaan.
  7. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan dalam perpustakaan, mengevaluasi program latihan dan efektifnya jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja, dan peralatan kerja
  8. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan baik bagi pustakawan, maupun pemustaka
  9. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja pustakawan sehingga dicapai tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang baik.
  10. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan (supervisor, managers, administrator) untuk mengobservasi perilaku bawahan (subordinate) supaya diketahui minat dan kebutuhan-kebutuhan bawahannya termasuk pemustaka.
  11. Sebagai alat untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan pustakawan dan sebagai bahan pertimbangan untuk diikutsertakan dalam program latihan kerja tambahan
  12. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan pustakawan
  13. Sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengembangkan uraian pekerjaan (job description)
 Laporan Kerja Perpustakaan perlu dibuat secara berkala agar tergambar pencapaian prestasi kerja perpustakaan, termasuk untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan perpustakaan sehingga memungkinkan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan pada masa yang akan datang. Keberhasilan dalam pembuatan laporan kerja perpustakaan merupakan realisasi dari keterampilan pustakawan sehingga pada akhirnya pustakawan dapat menerapkan sikap profesional termasuk sikap kerja untuk merealisasikan tujuan perpustakaan.

Rincian pembuatan Laporan Kerja Perpustakaan dalam SKKNI bidang perpustakaan memuat:

No.
ELEMEN
KRITERIA
1.
Menyiapkan materi
laporan kerja
perpustakaan
Materi laporan kerja perpustakaan
dijelaskan
Materi laporan kerja perpustakaan
diidentifikasi.
Materi laporan kerja perpustakaan
disiapkan.
2.
Membuat laporan kerja
perpustakaan
Data kegiatan dikumpulkan.
Statistik kegiatan dibuat.
Data statistik dianalisis
Laporan kerja perpustakaan dibuat

Contoh Rencana Kerja Perpustakaan sebagai berikut:

LAPORAN KERJA
UNIT PELAYANAN UMUM
UPT PERPUSTAKAAN
A. Latar Belakang
<<Mengacu pada TOR>>
B. Tujuan
<< Mengacu pada TOR >>
C. Pelaksanaan
<<Uraikan tentang tahapan-tahapan pelaksanaan pelaksanaan kegiatan tim dilengkapi dengan data pendukung yang dilampirkan pada laporan kegiatan>>
D. Capaian Kegiatan
<<Uraikan dengan menggunakan Charts (kolom, line, pie, bar, dan lain-lain>>
E. Penutup
<<Uraikan terkait kendala-kendala pelaksanaan dan rencana perbaikan>>

Makassar, …………………
Mengetahui
Kepala Unit Layanan Umum


<<Nama Lengkap>>
<<NIP>>


 Keterampilan pustakawan dalam menguasai pembuatan Laporan Kerja Perpustakaan sangat diperlukan. Dari Laporan Kerja Perpustakaann ini akan menggambarkan seberapa aktifnya perpustakaan dalam merealisasikan program kerja yang dimilikinya. Hal yang terpenting adalah dalam Laporan Kerja Perpustakaan ini memiliki data yang dapat dianalisis terkait dengan kendala-kendala atau permasalahan yang ditemui sehingga mudah dilakukan pengambilan keputusan atau kebijakan untuk perbaikan menjadi lebih baik.


Sumber bacaan:

Indonesia. “Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2012 tentang penetapan rancangan standar kompetensi kerja nasional Indonesia sektor jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan, dan perorangan lainnya bidang perpustakaan menjadi standar kompetensi kerja nasional Indonesia” Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2012