Senin, 03 Juli 2017

INTERAKSI SOSIAL DI PERPUSTAKAAN



INTERAKSI SOSIAL DI PERPUSTAKAAN

Oleh:
Iskandar
(Pustakawan Ahli Madya Universitas Hasanuddin)

Tulisan ini untuk memberi gambaran perlunya memahami interaksi sosial di perpustakaan sebagai bentuk realisasi dari keterampilan sosial yang harus dimiliki dan dikuasai oleh pustakawan.

Melakukan interaksi sosial merupakan keterampilan yang perlu dimiliki oleh pustakawan dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai pustakawan sehingga hasil akhirnya adalah terlaksananya tugas-tugas pustakawan dengan baik dan benar.

Interaksi sosial pada prinsipnya adalah terlaksananya tindakan sosial. Tindakan sosial merupakan tindakan yang terlaksana karena adanya tindakan orang lain. Di perpustakaan, interaksi sosial dapat dilakukan dimulai dengan bertemunya pustakawan dengan pemustaka. Dalam pertemuan tersebut, telah terjadi proses interaksi sosial misalnya, saling sapa, saling berjabat tangan, saling berbicara sehingga terjalin komunikasi, selanjutnya pustakawan memberi informasi dan pemusaka dapat mencatat atau mendengarkan dengan seksama sehingga pemustaka dapat menemukan informasi yang dicarinya.

Interaksi sosial dapat juga terjadi ketika pustakawan dan pemustaka saling bertemu walaupun mereka tidak saling berbicara. Interaksi sosial yang terjadi dalam hal ini karena masing-masing pihak sadar bahwa keberadaannya mempengaruhi orang lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan, tindakan, dan reaksi dari apa yang dirasakan tersebut, misalnya cara berjalan, cara berbusana, pemakaian wangi-wangian, gerak-gerik pustakawan, tingkah laku pemustaka, dan sebagainya.

Syarat terjadinya interaksi sosial adalah:
  1. Terjadi kontak sosial antar individu. Interaksi sosial tidak akan terjadi jika tidak ada kontak sosial. Kontak sosial dapat dilakukan secara langsung misalnya,  bertatap muka, saling berjabat tangan atau bersentuhan. Kontak sosial tidak langsung misalnya melalui telepon, media sosial, surat, e-mail, dan sebagainya. Kontak sosial antar individu dalam perpustakaan dapat dilihat dari proses layanan di perpustakaan. Pustakawan dan pemustaka melakukan transaksi peminjaman, pengembalian, dan perpanjangan koleksi, melakukan penelusuran informasi atau koleksi, serta melakukan konsultasi atau bimbingan pemustaka. Intinya, pustakawan melakukan kontak sosial kepada pemustaka.
  2. Terjadi kontak sosial antar individu dengan kelompok. Kontak sosial ini merupakan skala yang lebih luas dari kontak sosial antar individu. Di perpustakaan, pustakawan sering melakukan kontak sosial dengan kelompok-kelompok tertentu untuk merealisasikan tujuan perpustakaan. Kelompok-kelompok yang memanfaatkan perpustakaan tersebut tetap memperoleh pelayanan yang sama.
  3. Terjadi kontak sosial antar kelompok dengan kelompok. Kontak sosial antar kelompok dengan kelompok merupakan interaksi sosial dengan skala yang besar. Hasil dari kontak sosial antar kelompok dengan kelompok ini dalam perpustakaan biasanya akan berdampak pada pemustaka misalnya koleksi perpustakaan lengkap, beragam, dan perpustakaan lebih maju dan modern.
 Interaksi sosial yang diterapkan dalam perpustakaan akan memberikan manfaat diantaranya:
  1. Terjadinya kerja sama. Kerjasama yang dimaksud adalah kerja sama yang dapat dilakukan oleh perpustakaan atau pustakawan sebagai realisasi terkait syarat terjadinya interaksi sosial di atas. Dari kerja sama ini akan menguntungkan pemustaka karena tentunya perpustakaan akan lebih sempurna, lengkap, maju, dan modern.
  2. Terjadinya akomodasi. Akomodasi ini diartikan sebagai cara menyelesaikan persoalan atau pertentangan dengan tidak merugikan orang lain, dengan saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Cara mengadakan penyelesaian masalah atau pertentangan tersebut dilakukan dengan tujuan mengurangi pertentangan, mencegah meledaknya perselisihan untuk sementara waktu, melakukan perdamaian dengan bekerja sama, dan berusaha melakukan peleburan dengan bertindak dan berinteraksi secara baik. Akomodasi di perpustakaan dapat diterapkan sesuai keadaan tetapi tetap bertujuan untuk meredakan pertentangan sehingga terjadi kestabilan dan keharmonisan.
  3. Asimilasi atau akulturasi. Asimilasi atau akulturasi dapat diartikan sebagai suatu bentuk interaksi sosial yang mengembangkan sikap yang yang dianggap sama dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat terjadi perubahan atau penyesuaian diri, peleburan unsur-unsur kebudayaan menjadi pola-pola baru, adat istiadat yang baru, interaksi sosial baru yang berbeda dengan sebelumnya. Di perpustakaan terjadinya asimilasi atau akulturasi kadang tidak bisa dihindari. Hal ini disebabkan karena adanya budaya kerja dan adanya interaksi secara terus menerus, intensif, dan dalam jangka waktu yang lama. Asimilasi atau akulturasi yang terjadi di perpustakaan hendaknya menjadikan perpustakaan semakin maju dan berkembang.
  4. Terjadinya persaingan. Persaingan ini bisa menghasilkan pertentangan atau konflik. Di perpustakaan, persaingan hendaknya diarahkan ke hal-hal yang positif, misalnya perpustakaan bersaing untuk menjadi yang terbaik, perpustakan bersaing untuk memenuhi sistem manajemen mutu, perpustakaan bersaing untuk memenuhi persyaratan customer, baik dalam standar layanan, maupun kepuasan.
  5. Keberhasilan perpustakaan. Perpustakaan memiliki peran penting dalam meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa karena itu, perpustakaan perlu diarahkan dengan tetap berpedoman pada keberhasilan perpustakaan sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan keberdayaan bangsa.
  6. Kepuasan pemustaka. Di perpustakaan, prinsip pelaksanaan perpustakaan dijadikan dasar bagi seluruh tenaga perpustakaan dan menjadi pedoman atau standar dalam pelaksanaannya sehingga hasil akhirnya adalah kepuasan pemustaka.
  7. Percaya diri pustakawan. Pustakawan adalah orang yang paling menentukan keberhasilan pelaksanaan perpustakaan, layanan, dan kepuasan pemustaka. Pustakawan sebagai penggerak utama dalam rangka meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa, dengan menumbuhkan budaya gemar membaca melalui pengembangan dan pendayagunaan perpustakaan sebagai sumber informasi yang berupa karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam. Pustakawan memiliki tugas utama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan bekerja secara maksimal mengembangkan dan mendayagunakan perpustakaan sebagai sarana yang berisi informasi yang mendukung keberhasilan pendidikan. Pustakawan harus mampu merealisasikan perpustakaan sebagai basis Sistem Pendidikan Nasional sehingga terbentuk masyarakat yang mempunyai budaya membaca dan belajar sepanjang hayat dengan menjadikan perpustakaan sebagai sumber informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, dan kebudayaan. Dengan terlaksananya kesemua hal di atas maka pustakawan akan memiliki sikap kerja dan percaya diri sebagai kebanggaan profesi.
 Dengan interaksi sosial di perpustakaan, akan melahirkan keterampilan pustakawan dalam memanajemen perpustakaan menjadi lebih baik, perpustakaan tercapai tujuan dan fungsinya, serta menjadikan perpustakaan sebagai tempat yang nyaman bagi pemustaka.

Sumber bacaan:
Parwitaningsih, Yulia Budiwati, dan Bambang Prasetyo. Pengantar Sosiologi.  Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar