Senin, 07 Agustus 2017

KEMAMPUAN PUSTAKAWAN UNTUK MEMBACA CEPAT



KEMAMPUAN PUSTAKAWAN UNTUK MEMBACA CEPAT

Oleh:
Iskandar
(Pustakawan Ahli Madya Unhas)

Tulisan ini untuk memberi gambaran perlunya pustakawan memiliki kemampuan untuk membaca cepat. Membaca cepat merupakan salah satu keterampilan sosial yang diperlukan pustakawan dalam menangani koleksi tercetak (termasuk koleksi elektronik) yang dimilikinya agar dapat membantu pemustaka (user) dalam memanfaatkan koleksi tercetak tersebut. Untuk itu, membaca cepat perlu dikuasai oleh pustakawan agar dapat memberikan informasi yang tepat kepada pemustaka terkait literatur, informasi, dan data yang dicari atau diinginkan oleh pemustaka.

Kemampuan pustakawan untuk membaca cepat hanya dapat dilakukan jika pustakawan tersebut berusaha untuk menghindari atau menghilangkan hal-hal berikut ini:
  1. Menghindari kebiasaan-kebiasaan lama. Kebiasaan-kebiasaan lama yang di maksud adalah kebiasaan pada waktu kecil yang dibawa sampai dewasa. Kebiasaan itu misalnya, membaca dari kata perkata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf, halaman demi halaman begitu seterusnya sehingga sangat lambat karena memaknainya dan terus menelusuri arti kata demi kata tersebut.
  2. Tidak konsentrasi dalam membaca. Ketika membaca tetapi tidak berkonsentrasi maka akan menimbulkan pengulangan-pengulangan bacaan yang justru akan memperlambat dalam membaca
  3. Tidak agresif. Tidak agresi yang dimaksud adalah tidak berusaha untuk memahami arti bacaan, tidak berusaha untuk menyelesaikan bacaannya.
  4. Tidak memiliki persepsi sehingga lambat dalam memaknai bacaan. Persepsi yang dimaksud adalah kemampuan menyerap maksud atau makna dari bacaan. Perlu persepsi ini dimiliki oleh setiap pembaca agar dapat menginterpretasikan bahan bacaan dengan cepat termasuk apa yang dibaca.
  5. Vokalisasi. Vokalisasi perlu dihindari agar membaca dapat lebih cepat dan efektif. Vokalisasi artinya membaca dengan bersuara.
  6. Menggerakkan bibir. Menggerakkan bibir artinya mengucapkan kata demi kata dengan menggerakkan bibir. Hal ini dapat memperlambat dalam membaca. Menggerakkan bibir dalam membaca walaupun tanpa bersuara juga berpengaruh terhadap kecepatan membaca.
  7. Sering menggerakkan anggota tubuh. Menggerakkan anggota tubuh ketika membaca akan berpengaruh tgerhadap kecepatan dalam membaca. Anggota tubuh yang dimaksud misalnya, menggerak-gerakkan kepala ketika membaca, memegang dagu, pipi, telinga, leher, atau hidung sehingga mengganggu konsentrasi dalam membaca.
  8. Menunjuk dengan jari. Ketika membaca, menunjuk dengan jari kata demi kata akan mempengaruhi kecepatan membaca. Kebiasan ini harus dihindari agar membaca dapat lebih efektif. Biasanya kecepatan jari dalam menunjuk kata demi kata dalam membaca akan lebih lambat dari gerakan mata sehingga berpengaruh dalam membaca.
  9. Hindari membaca kembali ke belakang (regresi). Membaca yang baik adalah dengan tidak mengarahkan mata untuk kembali ke belakang. Bergeraknya mata untuk kembali kebelakang akan mempengaruhi kecepatan dalam membaca dan akan menghambat proses membaca. Karena itu, membaca disertai dengan melihat kebelakang perlu dihindari misalnya, dengan lebih konsentrasi, percaya diri, dan lebih fokus dalam menangkap arti kata, dan hilangkan keragu-raguan terhadap salah baca sebuah kata.
  10. Hindari melamun ketika membaca. Melamun ketika membaca akan berakibat lambatnya dalam membaca karena sering terjadi pengulangan-pengulangan. Untuk itu, dalam membaca perlu dilakukan proses membaca sampai selesai satu kalimat dan berusaha menghadapi bahan bacaan dengan memperhatikan bahan bacaan tersebut dan teruslah membaca.
 Kemampuan pustakawan untuk membaca cepat dapat dilatih dengan cara:
  1. Melatih kecepatan membaca. Melatih kecepatan membaca dengan mengukur kecepatan membaca. Kemampuan membaca kata per menit (kpm) diperoleh dengan mengukur jumlah kata yang dibaca dibagi dengan jumlah detik untuk membaca kemudian dikalikan dengan 60. Misalnya, jumlah kata per baris rata-rata adalah 11, jumlah baris yang Anda baca adalah 60. Jadi jumlah kata yang Anda baca adalah 11 dikalikan 60 hasilnya adalah 660 kata. Jika Anda membaca dalam 2 menit dan 10 detik, atau total 130 detik maka kecepatan Anda adalah (660 kata/130 detik) x 60 = 342 kata per menit. (Soedarso 2002, 14).
  2. Membacalah sesuai tujuan. Membaca sesuai tujuan adalah membaca dengan menggunakan kecepatan kpm (kata per menit) sesuai dengan keperluan. Ini artinya bahwa membaca dapat diatur kecepatannya tergantung apa yang kita baca. Untuk bacaan yang sifatnya hiburan misalnya cerpen maka membacanya bisa dengan kecepatan tinggi, tetapi jika tulisan ilmiah perlu diperlambat membacanya, begitu seterusnya.
  3. Membuat mata dan otak bekerja bersama. Dalam membaca, mata dan otak perlu saling bekerja sama. Mata melihat tulisan dan otak memaknainya sehingga menimbulkan persepsi. Mata dan otak dalam membaca perlu dilatih agar kecepatan mata dapat meloncat ke pandangan berikutnya dan regresi atau membaca mundur ke belakang lagi.
  4. Melatih gerakan mata dalam membaca. Melatih gerakan mata dalam membaca adalah membuat mata menjadi fokus pada sasaran kata kemudian melompat, berhenti, melompat dan seterusnya. Pada saat berhenti maka mata pada posisi membaca sedang pada saat melompat mata tidak mengamati apa-apa. Membaca yang efisien adalah dapat menyerap tiga atau empat kata sekali memandang.
  5. Melatih konsentrasi. Melatih konsentrasi adalah untuk mendapatkan fokus dalam membaca sehingga gagasan atau tema bacaan dapat segera diketahui dan mudah dipahami.
  6. Diperlukan langkah-langkah strategis dalam membaca. Dalam membaca, sikap yang salah adalah hanya dengan membaca dari awal sampai akhir. Untuk memahami suatu bacaan perlu langkah-langkah strategis misalnya, dengan teknik SQ3R (Survey-Question-Red-Recite-Review). Sistem membaca SQ3R dikemukakan oleh Francis P. Robinson. Sistem ini merupakan sistem membaca yang paling sering digunakan. Dalam sistem SQ3R ini, sebelum membaca terlebih dahulu kita survey bacaan untuk mendapatkan gagasan umum apa yang akan kit abaca. Lalu dengan mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri yang jawabannya kita harapkan terdapat dalam bacaan tersebut kita akan mudah memahami bacaan, dan selanjutnya dengan mencoba mengutarakan dengan kata-kata sendiri pokok-pokok pentingnya, kita akan menguasai dan menginatnya lebih lama. (Soedarso 2002, 59-60).
  7. Mencari ide pokok bacaan. Ide pokok bacaan diperlukan agar membaca dapat lebih cepat dan efisien. Ide pokok pada sebuah buku biasanya bersifat umum, ide pokok pada tiap bab biasanya lebih spesifik. Ide pokok pada paragraf biasanya berupa gagasan atau kalimat pokok atau kalimat kunci yang berada di awal, di tengah, di awal dan di akhir paragraf, dan kadangkala di seluruh paragraf. Jika ide pokok sulit dipahami maka perlu membacanya dengan sedikit berhati-hati tetapi, jika ide pokok sudah ditemukan maka membaca dapat dilakukan dengan kecepatan tinggi.
  8. Mengenal “detail penting”. Detail penting dalam tulisan perlu diketahui karena akan membantu untuk mendapatkan petunjuk dari penulis untuk membantu pembaca agar mengerti buah pikiran atau ide pokok penulis. Kata bantu untuk detail penting biasanya ditulis miring, digarisbawahi, dicetak tebal, dibubuhi angka-angka atau menggunakan huruf abjad.
  9. Berusaha membaca secara kritis. Membaca secara kritis artinya membaca dengan menilai dan melihat motif dari penulis buku tersebut sehingga dapat dianalisis secara cepat dan akurat.
  10. Berusaha untuk mengingat apa yang dibaca. Mengingat apa yang dibaca dapat dilakukan dengan cara mengerti apa yang dibaca dan bukan dengan cara menghafalnya. Inti dari membaca adalah dengan mengerti dan dapat mengambil manfaat yang penting serta berusaha untuk mengingatnya selama mungkin.
  11. Membuat catatan. Membuat catatan biasanya dapat membantu untuk memahami bahan bacaan. Membuat catatan dapat dilakukan dengan cara mencatat hal-hal yang dianggap penting misalnya informasi penting, ide-ide atau temuan yang besar, detail fakta yang diperlukan, pokok-pokok tulisan yang perlu diikuti termasuk ide, gagasan, pendapat, dan lain-lain.
  12. Mengetahui bagian-bagian yang dapat dilompati. Ada bagian-bagian bacaan yang dapat dilompati misalnya, defenisi atau batasan yang telah diketahui dari buku lain, informasi yang sudah tidak memenuhi tujuan pembaca, ringkasan bab sebelumnya, dan analisis permasalahan yang dilengkapi dengan contoh.
  13. Mengetahui cara membaca grafik, tabel, diagram, dan peta. Untuk membaca grafik, tabel, diagram, dan peta dapat dilakukan dengan membaca hanya pada bagian judul, informasi pada bagian atas, bawah atau sisinya, dan dapatkan informasi yang disajikan.
  14. Siapkan waktu untuk membaca. Idealnya waktu untuk membaca adalah setiap hari. Waktu yang banyak untuk membaca misalnya, pada saat menunggu bis, menunggu keberangkatan, di ruang tunggu, dalam perjalanan, sementara menunggu penyajian makanan, dan lain-lain.
  15. Sering latihan membaca cepat dan efektif. Untuk latihan membaca cepat dan efektif maka bacaan yang baik adalah dengan membaca surat kabar, majalah, dan fiksi ringan. Jangan berlatih dengan membaca novel klasik, non fiksi, laporan teknik, hasil penelitian, serta sajak karena sulit untuk menguasai isinya, bersifat ilmiah, dan membutuhkan analisis.
 Pustakawan perlu memahami, berlatih, dan menguasai cara membaca cepat agar koleksi perpustakaan dapat dengan mudah dikomunikasikan kepada pemustaka. Membaca cepat ini merupakan suatu keterampilan sosial yang dapat diterapkan dalam perpustakaan. Dengan pengetahuan dan kemampuan pustakawan untuk membaca cepat diharapkan dapat melayani dan membantu pemustaka untuk menemukan informasi yang cepat, tepat, dan sesuai dengan keinginannya sehingga fungsi perpustakaan sebagai pusat informasi dapat terealisasi.

Sumber bacaan:

Soedarso. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.



KEMAMPUAN PUSTAKAWAN MELAKUKAN STRATEGI PROMOSI PERPUSTAKAAN



KEMAMPUAN PUSTAKAWAN MELAKUKAN STRATEGI PROMOSI PERPUSTAKAAN

Oleh:
Iskandar
(Pustakawan Ahli Madya Unhas)

Tulisan ini untuk memberi gambaran perlunya pustakawan melakukan strategi promosi perpustakaan. Strategi promosi perpustakaan merupakan salah satu keterampilan sosial yang perlu dimiliki oleh pustakawan. Kemampuan, penguasaan, dan keberhasilan pustakawan melakukan promosi perpustakaan berdampak pada pendayagunaan perpustakaan sehingga diharapkan fungsi dan tujuan perpustakaaan dapat terealisasi.

Strategi promosi perpustakaan adalah perencanaan, implementasi, dan pengendalian komunikasi dari pihak perpustakaan kepada calon pemustaka untuk mencapai sasaran-sasaran berdasarkan tujuan promosi sehingga mempengaruhi keputusan pemustaka dalam memanfaatkan perpustakaan.

Keberhasilan promosi perpustakaan sangat mempengaruhi pemanfaatan perpustakaan. Karena itu, promosi ini perlu dilakukan secara berkala dengan tujuan:
  1. Strategi promosi menggabungkan semua unsur yang terkait dengan perpustakaan misalnya, periklanan, pemberian informasi, promosi layanan, dan publikasi yang dipadukan dengan teknik berkomunikasi untuk mempengaruhi keputusan pemustaka.
  2. Mengefisiensikan biaya. Dengan strategi promosi diharapkan efisien biaya dapat dihasilkan. Mengingat bahwa anggaran untuk promosi pada unit informasi terkadang sangat minim atau kadang tidak ada maka dengan strategi promosi yang dilakukan dapat mengefisiensikan biaya tersebut.
  3. Informasi terkait jasa perpustakaan dapat diketahui oleh pemustaka. Dengan promosi maka perpustakaan akan dikenal, diketahui, bahkan dikunjungi oleh pemustaka terlebih jika informasi yang dipromosikan sesuai dengan kebutuhan pemustaka tersebut.
  4. Mempengaruhi keputusan pemustaka. Keuntungan promosi adalah mampu mempengaruhi pemustaka, mempengaruhi keputusan-keputusan pemustaka, informasi tentang jasa perpustakaan menyebar dan diketahui oleh calon pemustaka sehingga perpustakaan akan siap untuk dimanfaatkan oleh pemustaka baru.
  5. Sumber daya perpustakaan akan terkelola dengan baik. Dengan promosi maka sumber daya perpustakaan (SDP) akan terkelola dengan baik karena hanya SDP yang terkelola dengan baik yang siap untuk dipromosikan.
  6. Mencapai tujuan komunikasi. Dengan berkomunikasi, termasuk kepada pemustaka maka akan mempengaruhi pemustaka untuk lebih aktif memanfaatkan perpustakaan.
  7. Meningkatkan tingkat kunjungan. Dengan promosi diharapkan tingkat kunjungan ke perpustakaan semakin meningkat baik oleh pemustaka yang sering berkunjung, maupun pemustaka baru.
 Untuk mencapai strategi promosi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
  1. Realisasikan komponen-komponen strategi promosi. Komponen-komponen strategi promosi meliputi:  a). Iklan. Iklan merupakan salah satu realisasi penyebaran ide, gagasan, layanan, produk, dan keandalan perpustakaan oleh pihak perpustakaan atau sponsor. b). Informasi langsung. Informasi langsung merupakan memberikan informasi langsung kepada calon pemustaka atau orang-orang yang berkepentingan agar mereka mengetahui secara langsung sehingga terpengaruh untuk memanfaatkan perpustakaan. c). Promosi layanan perpustakaan. promosi layanan perpustakaan sebagai suatu bentuk promosi agar layanan yang dimiliki oleh perpustakaan diketahui oleh calon pemustaka. d). Publisitas. Publisitas yang dimaksud adalah melakukan melakukan penerbitan baik pada media massa, maupun pada media elektronik untuk mempengaruhi calon pemustaka agar mereka mengetahui semua tentang perpustakaan termasuk sarana yang dimiliki oleh perpustakaan sehingga mereka berminat untuk memanfaatkannya. Publisitas ini erat kaitannya dengan fungsi Humas (Hubungan Masyarakat) di perpustakaan.
  2. Lakukan pengembangan strategi promosi. Strategi promosi yang telah dilakukan dapat dikembangkan sesuai dengan minat atau keinginan pemustaka dengan berbasis pada pengembangan perpustakaan. Peran promosi perlu ditentukan agar dapat dilakukan pengembangan.
  3. Lakukan komunikasi efektif. Komunikasi efektif yang dimaksud dalam strategi promosi ini adalah untuk meyakinkan calon pemustaka tentang perpustakaan baik dari sisi koleksi, sarana, peralatan, kecanggihan teknologi, maupun keramahan pustakawannya sehingga pemustaka mampu mengambil keputusan. Untuk menyukseskan komunikasi efektif dalam promosi ini maka perlu pengetahuan tentang: a). Pengenalan kebutuhan pemustaka. Pengenalan kebutuhan pemustaka perlu di promosikan karena kebutuhan pemustaka tersebut akan memacu pemustaka untuk memanfaatkan perpustakaan. b). Informasi tentang perpustakaan. Informasi tentang perpustakaan perlu disebar atau di informasikan ke pemustaka agar mereka dapat mengetahui, mempelajari, dan memanfaatkan. c). Mengevaluasi kebutuhan pemustaka. Pustakawan dapat membantu pemustaka mengevaluasi kebutuhan informasinya sehingga pemustaka mudah mengambil keputusan dalam pemanfaatan perpustakaan. d). Keputusan pemustaka. Keputusan pemustaka bisa terjadi karena pemberian informasi secara langsung karena itu, komunikasi ke pemustaka perlu dilakukan secara jujur. e). Kepuasan pemustaka. Berkomunikasi kepada pemustaka ketika mereka selesai memanfaatkan layanan perpustakaan diperlukan agar kepuasan pemustaka dapat terealisasi.
  4. Tingkatkan layanan pemustaka. Layanan kepada pemustaka perlu ditingkatkan, dipertahankan, dan jangan diabaikan. Layanan yang berkualitas perlu diberikan ke pemustaka sebagai salah satu bentuk strategi promosi yang terbaik. Hasil akhir dari pemberian layanan yang berkualitas kepada pemustaka adalah kepuasan.
  5. Lakukan rencana pemasaran. Melakukan rencana pemasaran yang baik akan mempengaruhi keberhasilan dalam promosi. Rencana pemasaran adalah taktik atau strategi yang dapat digunakan untuk keberhasilan dalam promosi sehingga menghasilkan implementasi yang sesuai dengan rencana tersebut. Jika promosi perpustakaan yang dilakukan untuk meningkatkan tingkat kunjungan maka hasil implementasinya adalah meningkatnya tingkat kunjungan pemustaka.
  6. Evaluasi dan kontrol strategis. Strategi promosi perpustakaan perlu dilakukan tetapi perlu dievaluasi sebagai tanggap terhadap kondisi yang berubah-ubah. Evaluasi dan control strategis perlu dilakukan agar tetap terjaga kinerja, tindakan, dan pengambilan keputusan yang sesuai dengan kondisi yang ada.
 Realisasi dari strategi promosi perpustakaan yang dilakukan oleh pustakawan merupakan bentuk dari pelaksanaan keterampilan sosial di perpustakaan. Pustakawan perlu menerapkan strategi dalam promosi perpustakaannya agar pemustaka mengetahui keunggulan perpustakaan, meningkatkan pendayagunaan perpustakaan, kepuasan pemustaka, dan keberhasilan peran serta fungsi perpustakaan.

Sumber bacaan:

David W. Cravens. Pemasaran Strategis. Edisi keempat, Jilid 2; Jakarta: Erlangga, 1996.




Jumat, 04 Agustus 2017

KEMAMPUAN PUSTAKAWAN MENERAPKAN MANAJEMEN DI PERPUSTAKAAN



KEMAMPUAN PUSTAKAWAN MENERAPKAN MANAJEMEN DI PERPUSTAKAAN

Oleh:
Iskandar
(Pustakawan Ahli Madya Unhas)

Tulisan ini untuk memberi gambaran perlunya pustakawan memiliki kemampuan dalam menguasai penerapan manajemen dalam perpustakaan sebagai suatu keterampilan sosial. Penguasaan pustakawan terhadap penerapan manajemen dalam perpustakaan akan berdampak pada kemajuan perpustakaan.

Penerapan manajemen di perpustakaan pada prinsipnya adalah untuk mencapai tujuan dengan usaha-usaha yang efektif. Tujuan ini dapat tercapai karena:
  1. Ada pengetahuan terhadap tugas atau pekerjaan. Di perpustakaan setiap tenaga perpustakaan (pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan) telah memiliki tugas dan fungsi masing-masing sesuai dengan penempatan tugasnya. Jika ada tenaga perpustakaan yang tidak memiliki tugas maka tenaga perpustakaan tersebut perlu dicarikan tugas atau diberi tugas untuk merencanakan tugas-tugasnya selama periode tertentu. Tugas manajemen adalah menempatkan tenaga perpustakaan sesuai dengan bidangnya atau keahlian dan/atau keterampilan yang dimilikinya. Setiap tenaga perpustakaan perlu menguasai tugas dan pekerjaannya agar dapat memberikan pelayanan yang sesuai dan terbaik.
  2. Memiliki standar pekerjaan. Standar pekerjaan ini diperlukan agar setiap tenaga perpustakaan dapat melakukan tugasnya sesuai dengan prosedur yang berlaku, mengetahui solusi yang dapat diambil ketika terjadi hambatan, dan bagaimana mengambil keputusan dengan benar.
  3. Perlu pengukuran keberhasilan pekerjaan. Setiap pekerjaan dari tenaga perpustakaan perlu diukur efektivitasnya, sampai di mana keberhasilannya. Pengukuran ini dengan cara kuantitatif. Dari pengukuran ini dapat diketahui efektivitas kinerja dari setiap tenaga perpustakaan, apa yang telah dicapai dan apa yang belum tercapai.
  4. Terpeliharanya lingkungan bersama. Lingkungan bersama ini artinya adalah lingkungan yang dapat memberikan respon ekonomis, psikologis, sosial, politis yang diarahkan untuk mencapai kepuasan pemustaka.
  5. Adanya pengendalian. Pengendalian di perpustakaan diperlukan agar semua kegiatan-kegiatan dalam perpustakaan sesuai dengan prosedur, tujuan, visi, dan misi perpustakaan.
 Untuk menguasai penerapan manajemen dalam perpustakaan, ada beberapa hal yang perlu dipahami yaitu:
  1.  Memahami fungsi-fungsi manajerial. Fungsi-fungsi manajerial ini sangat bervariasi bahkan antara satu pendapat dengan pendapat lainnya kadang berbeda-beda dalam merumuskan fungsi-fungsi manajerial tersebut. Dari banyak pendapat tentang fungsi-fungsi manajerial maka disimpulkan ada tiga fungsi yang sama yaitu: a) Perencanaan (planning). Perencanaan bisa diartikan membuat rencana kerja yang tujuan akhirnya adalah pengambilan keputusan. b) Pengorganisasian (organizing). Pengorganisasian bisa diartikan dengan cara mengorganisasi atau mengatur Sumber Daya Pustakawan (SDP) yang mencakup unsur pembagian tugas, penegasan garis komando atau garis koordinasi, tujuan dan aktivitas kerja, serta kerja sama tim. c) Pengawasan (controlling). Pengawasan bisa diartikan sebagai proses untuk mengetahui apakah kegiatan sudah sesuai rencana. Pengawasan diperlukan agar tercipta keseimbangan, keberhasilan, dan menghindari hal-hal yang sifatnya negatif termasuk masalah-masalah yang dapat menghambat kemajuan.
  2. Mengetahui sasaran perpustakaan. Sasaran merupakan hal yang paling penting dalam perpustakaan. Sasaran akan memberikan tujuan dan arah yang tepat sehingga tenaga perpustakaan dapat memberikan sesuatu yang benar dan sesuai dengan sasaran perpustakaan. Jika perpustakaan memiliki sasaran untuk kepuasan pemustaka maka sasaran tersebut harus dapat dinilai, dicapai, dan dilaksanakan.
  3. Pengambilan keputusanPengambilan keputusan (decision maker) merupakan memilih alternatif yang ada untuk mencapai tujuan, mengatasi masalah dengan pertimbangan yang baik atau proses evaluasi berdasarkan data yang valid.
  4. Pekerjaan perencanaan. Dengan pekerjaan perencanaan ini diharapkan dapat menjawab tentang siapa, apa, kapan, di mana, mengapa dan bagaimana tindakan-tindakan di masa depan dapat dilaksanakan. Dalam pekerjaan perencanaan ini hal yang perlu diperhatikan adalah fakta dan informasi yang dibutuhkan, cara berpikir yang refleksi, imaginasi dan forecast. Inti pekerjaan perencanaan adalah sebelum melakukan tindakan, harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan dilakukan secara terus-menerus.
  5. Memahami konsep-konsep organisasi. Konsep organisasi adalah untuk membimbing sumber daya manusia (SDM) untuk bekerja sama secara efektif dan efisen untuk mencapai tujuan sehingga menghasilkan keberhasilan dalam tugas dan pekerjaan masing-masing. Dengan konsep organisasi akan menghasilkan pekerjaan yang terarah, ringan, cepat, dan berhasil. Hal ini karena adanya kelompok kerja yang saling bekerja sama yang terkoordinasi.
  6. Adanya pembagian tugas. Pembagian tugas diperlukan sesuai dengan pertimbangan fungsi masing-masing unit tugas. Pembagian tugas diperlukan karena adanya berbedaan dari sifat dan jumlah pekerjaan, adanya berbagai jenis spesialisasi tugas, dan jumlah tenaga yang dibutuhkan. Dalam pembagian tugas diperlukan keterampilan, pengetahuan, dan pemikiran serta komposisi yang sesuai. Pertimbangan pembagian tugas adalah untuk menghemat biaya, memudahkan pengawasan, koordinasi, dan merealisasikan kecepatan layanan.
  7. Berkomunikasi. Berkomunikasi yang dimaksud adalah berkomunikasi antara atasan dan bawahan begitu sebaliknya. Tujuannya adalah agar pekerjaan kepustakawanan dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya. Manajer perlu berkomunikasi agar dapat menyuruh bawahannya mengerjakan pekerjaan yang sesuai, sedangkan bawahan memerlukan informasi terkait dengan pekerjaannya.
  8. Mampu melakukan pengendalian. Inti pengendalian adalah untuk melakukan tindakan-tindakan koreksi, termasuk mencari alternatif untuk mengatasi masalah, mencari tindakan-tindakan yang bijaksana, menghindari penyimpangan, dan mencari solusi yang tepat untuk mengatasi penyimpangan tersebut sehingga menghasilkan koreksi yang tepat, mengurangi pemborosan, dan memudahkan pemberian atau pembagian tanggung jawab. Pengendalian harus mampu mengatasi dan mengidentifikasi persoalan manajemen perpustakaan. Hal ini menjadi tantangan bagi pihak manajer perpustakaan agar dapat mengatasi persoalan-persoalan dalam perpustakaan termasuk membatasi dan menentukan sikap atau pendapat yang mengarah kepada pengambilan keputusan yang tepat.
  9. Melakukan fungsi wewenang. Wewenang berfungsi sebagai tanggung jawab yang menjadi kewajiban untuk melaksanakan tugas sebagai tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya. Jadi, wewenang memerlukan tanggung jawab. Pendelegasian wewenang diperlukan untuk membuat setiap individu bertanggung jawab terhadap tugasnya. Wewenang dilimpahkan dalam batas-batas yang ditentukan karena manajer memegang wewenang untuk mengelola seluruh kegiatan dan pada akhirnya akan bertanggung jawab penuh.
  10. Kemampuan memotivasi. Tugas manajer adalah membuat bawahan untuk senantiasa bersemangat dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaannya. Untuk memotivasi staf, diperlukan sikap yang ramah, penuh pertimbangan, menghindari konflik dengan bawahan, menciptakan kondisi kerja yang nyaman, memberikan promosi atau pujian bagi staf yang berprestasi tinggi, termasuk mensejahterakan staf.
 Kemampuan pustakawan untuk menerapkan manajemen di perpustakaan merupakan realisasi dari keterampilan sosial. Pustakawan perlu menguasai cara penerapan manajemen dalam perpustakaan agar fungsi perpustakaan sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa dapat tercapai. Tercapainya tujuan perpustakaan adalah inti dari penerapan manajemen dalam perpustakaan. Karena itu, pustakawan perlu terus menggali cara-cara yang efektif untuk merealisasikan tujuan perpustakaan. Cara yang efektif tersebut adalah dengan merealisasikan penerapan manajemen dalam perpustakaan.

Sumber bacaan:

George R. Terry. Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.