Senin, 07 Agustus 2017

KEMAMPUAN PUSTAKAWAN UNTUK MEMBACA CEPAT



KEMAMPUAN PUSTAKAWAN UNTUK MEMBACA CEPAT

Oleh:
Iskandar
(Pustakawan Ahli Madya Unhas)

Tulisan ini untuk memberi gambaran perlunya pustakawan memiliki kemampuan untuk membaca cepat. Membaca cepat merupakan salah satu keterampilan sosial yang diperlukan pustakawan dalam menangani koleksi tercetak (termasuk koleksi elektronik) yang dimilikinya agar dapat membantu pemustaka (user) dalam memanfaatkan koleksi tercetak tersebut. Untuk itu, membaca cepat perlu dikuasai oleh pustakawan agar dapat memberikan informasi yang tepat kepada pemustaka terkait literatur, informasi, dan data yang dicari atau diinginkan oleh pemustaka.

Kemampuan pustakawan untuk membaca cepat hanya dapat dilakukan jika pustakawan tersebut berusaha untuk menghindari atau menghilangkan hal-hal berikut ini:
  1. Menghindari kebiasaan-kebiasaan lama. Kebiasaan-kebiasaan lama yang di maksud adalah kebiasaan pada waktu kecil yang dibawa sampai dewasa. Kebiasaan itu misalnya, membaca dari kata perkata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf, halaman demi halaman begitu seterusnya sehingga sangat lambat karena memaknainya dan terus menelusuri arti kata demi kata tersebut.
  2. Tidak konsentrasi dalam membaca. Ketika membaca tetapi tidak berkonsentrasi maka akan menimbulkan pengulangan-pengulangan bacaan yang justru akan memperlambat dalam membaca
  3. Tidak agresif. Tidak agresi yang dimaksud adalah tidak berusaha untuk memahami arti bacaan, tidak berusaha untuk menyelesaikan bacaannya.
  4. Tidak memiliki persepsi sehingga lambat dalam memaknai bacaan. Persepsi yang dimaksud adalah kemampuan menyerap maksud atau makna dari bacaan. Perlu persepsi ini dimiliki oleh setiap pembaca agar dapat menginterpretasikan bahan bacaan dengan cepat termasuk apa yang dibaca.
  5. Vokalisasi. Vokalisasi perlu dihindari agar membaca dapat lebih cepat dan efektif. Vokalisasi artinya membaca dengan bersuara.
  6. Menggerakkan bibir. Menggerakkan bibir artinya mengucapkan kata demi kata dengan menggerakkan bibir. Hal ini dapat memperlambat dalam membaca. Menggerakkan bibir dalam membaca walaupun tanpa bersuara juga berpengaruh terhadap kecepatan membaca.
  7. Sering menggerakkan anggota tubuh. Menggerakkan anggota tubuh ketika membaca akan berpengaruh tgerhadap kecepatan dalam membaca. Anggota tubuh yang dimaksud misalnya, menggerak-gerakkan kepala ketika membaca, memegang dagu, pipi, telinga, leher, atau hidung sehingga mengganggu konsentrasi dalam membaca.
  8. Menunjuk dengan jari. Ketika membaca, menunjuk dengan jari kata demi kata akan mempengaruhi kecepatan membaca. Kebiasan ini harus dihindari agar membaca dapat lebih efektif. Biasanya kecepatan jari dalam menunjuk kata demi kata dalam membaca akan lebih lambat dari gerakan mata sehingga berpengaruh dalam membaca.
  9. Hindari membaca kembali ke belakang (regresi). Membaca yang baik adalah dengan tidak mengarahkan mata untuk kembali ke belakang. Bergeraknya mata untuk kembali kebelakang akan mempengaruhi kecepatan dalam membaca dan akan menghambat proses membaca. Karena itu, membaca disertai dengan melihat kebelakang perlu dihindari misalnya, dengan lebih konsentrasi, percaya diri, dan lebih fokus dalam menangkap arti kata, dan hilangkan keragu-raguan terhadap salah baca sebuah kata.
  10. Hindari melamun ketika membaca. Melamun ketika membaca akan berakibat lambatnya dalam membaca karena sering terjadi pengulangan-pengulangan. Untuk itu, dalam membaca perlu dilakukan proses membaca sampai selesai satu kalimat dan berusaha menghadapi bahan bacaan dengan memperhatikan bahan bacaan tersebut dan teruslah membaca.
 Kemampuan pustakawan untuk membaca cepat dapat dilatih dengan cara:
  1. Melatih kecepatan membaca. Melatih kecepatan membaca dengan mengukur kecepatan membaca. Kemampuan membaca kata per menit (kpm) diperoleh dengan mengukur jumlah kata yang dibaca dibagi dengan jumlah detik untuk membaca kemudian dikalikan dengan 60. Misalnya, jumlah kata per baris rata-rata adalah 11, jumlah baris yang Anda baca adalah 60. Jadi jumlah kata yang Anda baca adalah 11 dikalikan 60 hasilnya adalah 660 kata. Jika Anda membaca dalam 2 menit dan 10 detik, atau total 130 detik maka kecepatan Anda adalah (660 kata/130 detik) x 60 = 342 kata per menit. (Soedarso 2002, 14).
  2. Membacalah sesuai tujuan. Membaca sesuai tujuan adalah membaca dengan menggunakan kecepatan kpm (kata per menit) sesuai dengan keperluan. Ini artinya bahwa membaca dapat diatur kecepatannya tergantung apa yang kita baca. Untuk bacaan yang sifatnya hiburan misalnya cerpen maka membacanya bisa dengan kecepatan tinggi, tetapi jika tulisan ilmiah perlu diperlambat membacanya, begitu seterusnya.
  3. Membuat mata dan otak bekerja bersama. Dalam membaca, mata dan otak perlu saling bekerja sama. Mata melihat tulisan dan otak memaknainya sehingga menimbulkan persepsi. Mata dan otak dalam membaca perlu dilatih agar kecepatan mata dapat meloncat ke pandangan berikutnya dan regresi atau membaca mundur ke belakang lagi.
  4. Melatih gerakan mata dalam membaca. Melatih gerakan mata dalam membaca adalah membuat mata menjadi fokus pada sasaran kata kemudian melompat, berhenti, melompat dan seterusnya. Pada saat berhenti maka mata pada posisi membaca sedang pada saat melompat mata tidak mengamati apa-apa. Membaca yang efisien adalah dapat menyerap tiga atau empat kata sekali memandang.
  5. Melatih konsentrasi. Melatih konsentrasi adalah untuk mendapatkan fokus dalam membaca sehingga gagasan atau tema bacaan dapat segera diketahui dan mudah dipahami.
  6. Diperlukan langkah-langkah strategis dalam membaca. Dalam membaca, sikap yang salah adalah hanya dengan membaca dari awal sampai akhir. Untuk memahami suatu bacaan perlu langkah-langkah strategis misalnya, dengan teknik SQ3R (Survey-Question-Red-Recite-Review). Sistem membaca SQ3R dikemukakan oleh Francis P. Robinson. Sistem ini merupakan sistem membaca yang paling sering digunakan. Dalam sistem SQ3R ini, sebelum membaca terlebih dahulu kita survey bacaan untuk mendapatkan gagasan umum apa yang akan kit abaca. Lalu dengan mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri yang jawabannya kita harapkan terdapat dalam bacaan tersebut kita akan mudah memahami bacaan, dan selanjutnya dengan mencoba mengutarakan dengan kata-kata sendiri pokok-pokok pentingnya, kita akan menguasai dan menginatnya lebih lama. (Soedarso 2002, 59-60).
  7. Mencari ide pokok bacaan. Ide pokok bacaan diperlukan agar membaca dapat lebih cepat dan efisien. Ide pokok pada sebuah buku biasanya bersifat umum, ide pokok pada tiap bab biasanya lebih spesifik. Ide pokok pada paragraf biasanya berupa gagasan atau kalimat pokok atau kalimat kunci yang berada di awal, di tengah, di awal dan di akhir paragraf, dan kadangkala di seluruh paragraf. Jika ide pokok sulit dipahami maka perlu membacanya dengan sedikit berhati-hati tetapi, jika ide pokok sudah ditemukan maka membaca dapat dilakukan dengan kecepatan tinggi.
  8. Mengenal “detail penting”. Detail penting dalam tulisan perlu diketahui karena akan membantu untuk mendapatkan petunjuk dari penulis untuk membantu pembaca agar mengerti buah pikiran atau ide pokok penulis. Kata bantu untuk detail penting biasanya ditulis miring, digarisbawahi, dicetak tebal, dibubuhi angka-angka atau menggunakan huruf abjad.
  9. Berusaha membaca secara kritis. Membaca secara kritis artinya membaca dengan menilai dan melihat motif dari penulis buku tersebut sehingga dapat dianalisis secara cepat dan akurat.
  10. Berusaha untuk mengingat apa yang dibaca. Mengingat apa yang dibaca dapat dilakukan dengan cara mengerti apa yang dibaca dan bukan dengan cara menghafalnya. Inti dari membaca adalah dengan mengerti dan dapat mengambil manfaat yang penting serta berusaha untuk mengingatnya selama mungkin.
  11. Membuat catatan. Membuat catatan biasanya dapat membantu untuk memahami bahan bacaan. Membuat catatan dapat dilakukan dengan cara mencatat hal-hal yang dianggap penting misalnya informasi penting, ide-ide atau temuan yang besar, detail fakta yang diperlukan, pokok-pokok tulisan yang perlu diikuti termasuk ide, gagasan, pendapat, dan lain-lain.
  12. Mengetahui bagian-bagian yang dapat dilompati. Ada bagian-bagian bacaan yang dapat dilompati misalnya, defenisi atau batasan yang telah diketahui dari buku lain, informasi yang sudah tidak memenuhi tujuan pembaca, ringkasan bab sebelumnya, dan analisis permasalahan yang dilengkapi dengan contoh.
  13. Mengetahui cara membaca grafik, tabel, diagram, dan peta. Untuk membaca grafik, tabel, diagram, dan peta dapat dilakukan dengan membaca hanya pada bagian judul, informasi pada bagian atas, bawah atau sisinya, dan dapatkan informasi yang disajikan.
  14. Siapkan waktu untuk membaca. Idealnya waktu untuk membaca adalah setiap hari. Waktu yang banyak untuk membaca misalnya, pada saat menunggu bis, menunggu keberangkatan, di ruang tunggu, dalam perjalanan, sementara menunggu penyajian makanan, dan lain-lain.
  15. Sering latihan membaca cepat dan efektif. Untuk latihan membaca cepat dan efektif maka bacaan yang baik adalah dengan membaca surat kabar, majalah, dan fiksi ringan. Jangan berlatih dengan membaca novel klasik, non fiksi, laporan teknik, hasil penelitian, serta sajak karena sulit untuk menguasai isinya, bersifat ilmiah, dan membutuhkan analisis.
 Pustakawan perlu memahami, berlatih, dan menguasai cara membaca cepat agar koleksi perpustakaan dapat dengan mudah dikomunikasikan kepada pemustaka. Membaca cepat ini merupakan suatu keterampilan sosial yang dapat diterapkan dalam perpustakaan. Dengan pengetahuan dan kemampuan pustakawan untuk membaca cepat diharapkan dapat melayani dan membantu pemustaka untuk menemukan informasi yang cepat, tepat, dan sesuai dengan keinginannya sehingga fungsi perpustakaan sebagai pusat informasi dapat terealisasi.

Sumber bacaan:

Soedarso. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar