Rabu, 09 Januari 2019

PENGETAHUAN PEMUSTAKA TENTANG FUNGSI PERPUSTAKAAN SEBAGAI PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN



PENGETAHUAN PEMUSTAKA TENTANG FUNGSI PERPUSTAKAAN SEBAGAI PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

Oleh:
Iskandar
(Pustakawan Ahli Madya Universitas Hasanuddin)

Tulisan singkat ini menggambarkan tentang pengetahuan pemustaka terhadap fungsi perpustakaan sebagai pembelajaran sepanjang hayat di Perpustakaan Universitas Hasanuddin (Unhas). Gambaran tersebut dapat dilihat dari jawaban responden yang ditabulasi dalam tabel frekuensi dengan rincian sebagai berikut:

1.      Perpustakaan Unhas telah berfungsi sebagai wahana pendidikan sepanjang hayat

Berdasarkan jawaban responden terhadap pertanyaan tentang apakah Perpustakaan Unhas telah berfungsi sebagai wahana pendidikan sepanjang hayat maka diperoleh jawaban dengan gambaran sebagai berikut:

No.
Perpustakaan telah berfungsi sebagai wahana pendidikan sepanjang hayat
Frekuensi
Persentase (%)
1.
Perpustakaan telah berfungsi sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat karena senantiasa menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
22
20.37%
2.
Perpustakaan telah berfungsi sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat karena siapapun dapat belajar di perpustakaan
40
37.04%
3.
Perpustakaan telah berfungsi sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat karena banyak buku-buku yang dibutuhkan tersedia di perpustakaan
20
18.52%
4.
Perpustakaan telah berfungsi sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat karena pemustaka dapat mengakses buku-buku yang ingin mereka cari
16
14.81%
5.
Perpustakaan Unhas dari segi kuantitas dan kualitas buku telah cukup untuk berfungsi sebagai pendidikan sepanjang hayat
10
9.26%
Jumlah
108
100%

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa responden yang mengatakan Perpustakaan telah berfungsi sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat karena senantiasa menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sebanyak 22 responden atau 20.37%, responden yang mengatakan Perpustakaan telah berfungsi sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat karena siapapun dapat belajar di perpustakaan sebanyak 40 responden atau 37.04%, responden yang mengatakan Perpustakaan telah berfungsi sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat karena banyak buku-buku yang dibutuhkan tersedia di perpustakaan sebanyak 20 reponden atau 18.52%, responden yang mengatakan Perpustakaan telah berfungsi sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat karena pemustaka dapat mengakses buku-buku yang ingin mereka cari sebanyak 16 responden atau 14.81%, dan responden yang menjawab Perpustakaan Unhas dari segi kuantitas dan kualitas buku telah cukup untuk berfungsi sebagai pendidikan sepanjang hayat sebanyak 10 responden atau 9.26%.

Dari data ini diketahui bahwa pemustaka telah memahami behwa Perpustakaan Unhas telah berfungsi sebagai wahana pendidikan sepanjang hayat alasannya karena siapapun dapat belajar di perpustakaan (37.04%) dan ada pemustaka yang menganggap bahwa pendidikan sepanjang hayat terletak dari segi kuantitas dan kualitas buku (9.26%).

Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa responden yang menjawab bahwa pendidikan sepanjang hayat terletak dari segi kuantitas dan kualitas adalah mahasiswa baru yang kagum dengan koleksi yang dimiliki oleh Perpustakaan Unhas sehingga dari keseluruhan koleksi yang ada di perpustakaan termasuk corner-corner (Cina corner, Jerman corner, Korea corner, dan Prancis corner) cukup untuk semua kalangan.

2.      Pentingnya Belajar Mandiri di Perpustakaan

Berdasarkan jawaban responden terhadap pertanyaan tentang apakah penting belajar mandiri di Perpustakaan maka diperoleh jawaban dengan gambaran sebagai berikut:

No.
Pentingnya Belajar Mandiri di Perpustakaan
Frekuensi
Persentase (%)
1.
Penting menjadikan perpustakaan sebagai sarana kedua setelah belajar di kelas untuk menambah wawasan
13
12.04%
2.
Penting karena suasana perpustakaan mendukung seseorang untuk belajar secara mandiri
11
10.19%
3.
Penting karena pembelajaran bukan hanya dari dosen
32
29.63%
4.
Penting karena mengulang pelajaran dari dosen dapat dilakukan di perpustakaan
16
14.81%
5.
Penting karena perpustakaan menyediakan sumber ilmu yang gratis dan lengkap
12
11.11%
6.
Penting karena belajar mandiri di perpustakaan dapat meningkatkan kesadaran belajar di mana dan kapan saja
15
13.89%
7.
Penting karena belajar mandiri dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis
9
8.33%
Jumlah
108
100%

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa responden yang mengatakan penting menjadikan perpustakaan sebagai sarana kedua setelah belajar di kelas untuk menambah wawasan sebanyak 13 responden atau 12.04%, responden yang mengatakan penting karena suasana perpustakaan mendukung seseorang untuk belajar secara mandiri sebanyak 11 responden atau 10.19%, responden yang mengatakan penting karena pembelajaran bukan hanya dari dosen sebanyak 32 responden atau 29.63%, responden yang mengatakan penting karena mengulang pelajaran dari dosen dapat dilakukan di perpustakaan sebanyak 16 responden atau 14.81%, responden yang mengatakan penting karena perpustakaan menyediakan sumber ilmu yang gratis dan lengkap sebanyak 12 responden atau 11.11%, responden yang mengatakan penting karena belajar mandiri di perpustakaan dapat meningkatkan kesadaran belajar di mana dan kapan saja sebanyak 15 atau 13.89%, dan responden yang mengatakan penting karena belajar mandiri dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis sebanyak 9 responden atau 8.33%.

Dari data ini diketahui bahwa pemustaka mengatakan penting untuk belajar mandiri di perpustakaan alasannya karena belajar (ilmu) bukan hanya dari dosen. Hal ini sudah sesuai dengan tujuan perpustakaan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan ada pemustaka yang menganggap bahwa ketika belajar mandiri di perpustakaan mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Hal ini dapat menjadi masukan bagi pengelola perpustakaan bahwa perpustakaan juga memiliki manfaat untuk melatih pemustaka berpikir kritis. Karena itu, pihak perpustakaan perlu mengembangkan suasana nyaman dalam perpustakaan.

3.      Perpustakaan dapat digunakan sebagai sarana pendidikan formal dan informal

Berdasarkan jawaban responden terhadap pertanyaan tentang apakah perpustakaan dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran secara formal dan informal maka diperoleh jawaban dengan gambaran sebagai berikut:

No.
Perpustakaan sebagai sarana pembelajaran formal dan informal
Frekuensi
Persentase (%)
1.
Dapat digunakan sebagai pembelajaran formal dan informal karena memiliki banyak sumber pengetahuan (referensi) dan bisa digunakan secara umum (semua kalangan)
65
60.19%
2.
Dapat digunakan sebagai pembelajaran formal dan informal karena fasilitasnya mendukung untuk itu
43
39.81%
Jumlah
108
100%

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa responden yang menjawab perpustakan dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran formal dan informal karena memiliki banyak sumber pengetahuan (referensi) dan bisa digunakan secara umum (semua kalangan) sebanyak 65 responden atau 60.19% dan responden yang menjawan perpustakaan dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran formal dan informal karena fasilitasnya mendukung untuk itu.

Dari data ini diketahui bahwa berdasarkan jawaban responden perpustakaan dapat saja berfungsi sebagai sarana pembelajaran formal dan informal karena memiliki referensi yang dapat digunakan untuk semua kalangan dan fasilitas yang tersedia di perpustakaan juga mendukung. Hal ini dapat menjadi masukan kepada pihak lembaga induk agar senantiasa membuat perpustakaan lebih lengkap dengan fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan sebagai sarana yang mendukung terealisasinya pembelajaran secara formal dan informal.

4.      Perpustakaan membentuk masyarakat pembelajar dan gemar membaca

Berdasarkan jawaban responden terhadap pertanyaan tentang apakah perpustakaan dapat menjadikan masyarakat gemar membaca dan dapat merealisasikan masyarakat pembelajar maka diperoleh jawaban dengan gambaran sebagai berikut:

No.
Perpustakaan menjadikan masyarakat gemar membaca dan dapat merealisasikan masyarakat pembelajar
Frekuensi
Persentase (%)
1.
Gemar membaca dapat diperoleh di perpustakaan. Gemar membaca hanya dapat terjadi jika ada rasa penasaran dalam menggali ilmu
20
18.52%
2.
Gemar membaca bisa terealisasi jika didukung oleh sarana sesuai dengan kebutuhan mahasiswa/pemustaka
53
49.07%
3.
Kegemaran membaca sekarang ini dipengaruhi oleh tampilan perpustakaan (kenyamanan) dan keberadaan koleksi  yang dapat diakses dengan smartphone
35
32.41%
Jumlah
108
100%

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa responden yang menjawab bahwa gemar membaca dapat diperoleh di perpustakaan. Gemar membaca hanya dapat terjadi jika ada rasa penasaran dalam menggali ilmu sebanyak 20 responden atau 18.52%, responden yang menjawab gemar membaca bisa terealisasi jika didukung oleh sarana sesuai dengan kebutuhan mahasiswa/pemustaka sebanyak 53 responden atau 49.07%, dan responden yang menjawab kegemaran membaca sekarang ini dipengaruhi oleh tampilan perpustakaan (kenyamanan) dan keberadaan koleksi  yang dapat diakses dengan smartphone sebanyak 35 responden atau 32.41%.

Dari data ini diketahui bahwa berdasarkan jawaban responden bahwa gemar membaca bisa terealisasi jika didukung oleh sarana sesuai dengan kebutuhan mahasiswa/pemustaka. hal ini menjadi masukan kepada pihak perpustakaan agar mereka dapat mengadakan sarana termasuk koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka. 

Keberadaan tampilan perpustakaan (kenyamanan) dan keberadaan koleksi yang dapat diakses dengan smartphone perlu dilakukan agar pemustaka merasa nyaman dan sebaiknya aplikasi perpustakaan juga berbasis smartphone. Di samping itu, pustakawan juga perlu lebih kreatif dalam mempromosikan koleksi perpustakaan kepada pemustaka. Alasannya, pemustaka memiliki kegemaran membaca jika mereka penasaran dengan suatu ilmu. Dari dasar ini sebaiknya pustakawan bisa membuat pemustaka penasaran dengan koleksi perpustakaan ketika melakukan promosi perpustakaan.

Pengetahuan Pemustaka tentang fungsi Perpustakaan Unhas sebagai pembelajaran sepanjang hayat dapat disimpulkan bahwa pemustaka memanfaatkan perpustakaan sebagai tempat belajar mandiri, sebagai sarana pembelajaran secara formal dan informal, menjadikan perpustakaan sebagai sarana gemar membaca dan merealisasikan masyarakat pembelajar. 

Saran pemustaka terhadap fungsi Perpustakaan Unhas sebagai pembelajaran sepanjang hayat:
  1. Lakukan secara rutin penyuluhan tentang betapa pentingnya pembelajaran sepanjang hayat
  2. Perpustakaan sebaiknya dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman
  3. Koleksi tercetak perlu ditambah. Jika menggunakan e-book atau e-jurnal sebaiknya dipikirkan kecepatan aksesnya
  4. Perpustakaan perlu membuat program pembelajaran yang berkesimbungan untuk mencapai tujuan pembelajaran
  5. Tingkatkan fasilitas yang terkait dengan fungsi perpustakaan sebagai pembelajaran sepanjang hayat.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar