PENGETAHUAN
PEMUSTAKA TENTANG FUNGSI PERPUSTAKAAN SEBAGAI PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT DI
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Oleh:
Iskandar
(Pustakawan Ahli
Madya Universitas Hasanuddin)
Tulisan singkat ini menggambarkan tentang
pengetahuan pemustaka terhadap fungsi perpustakaan sebagai pembelajaran
sepanjang hayat di Perpustakaan Universitas Hasanuddin (Unhas). Gambaran
tersebut dapat dilihat dari jawaban responden yang ditabulasi dalam tabel
frekuensi dengan rincian sebagai berikut:
1. Perpustakaan Unhas telah berfungsi sebagai wahana
pendidikan sepanjang hayat
Berdasarkan jawaban responden terhadap
pertanyaan tentang apakah Perpustakaan Unhas telah berfungsi sebagai wahana
pendidikan sepanjang hayat maka diperoleh jawaban dengan gambaran sebagai
berikut:
No.
|
Perpustakaan
telah berfungsi sebagai wahana pendidikan sepanjang hayat
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
1.
|
Perpustakaan
telah berfungsi sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat karena senantiasa
menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
|
22
|
20.37%
|
2.
|
Perpustakaan
telah berfungsi sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat karena siapapun
dapat belajar di perpustakaan
|
40
|
37.04%
|
3.
|
Perpustakaan
telah berfungsi sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat karena banyak
buku-buku yang dibutuhkan tersedia di perpustakaan
|
20
|
18.52%
|
4.
|
Perpustakaan
telah berfungsi sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat karena pemustaka
dapat mengakses buku-buku yang ingin mereka cari
|
16
|
14.81%
|
5.
|
Perpustakaan
Unhas dari segi kuantitas dan kualitas buku telah cukup untuk berfungsi
sebagai pendidikan sepanjang hayat
|
10
|
9.26%
|
Jumlah
|
108
|
100%
|
Berdasarkan
tabel di atas, diketahui bahwa responden yang mengatakan Perpustakaan
telah berfungsi sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat karena senantiasa
menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
sebanyak 22 responden atau 20.37%, responden yang mengatakan Perpustakaan
telah berfungsi sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat karena siapapun
dapat belajar di perpustakaan sebanyak 40 responden atau 37.04%, responden yang
mengatakan Perpustakaan telah berfungsi sebagai wahana pembelajaran sepanjang
hayat karena banyak buku-buku yang dibutuhkan tersedia di perpustakaan sebanyak
20 reponden atau 18.52%, responden yang mengatakan Perpustakaan telah berfungsi
sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat karena pemustaka dapat mengakses
buku-buku yang ingin mereka cari sebanyak 16 responden atau 14.81%, dan
responden yang menjawab Perpustakaan Unhas dari segi kuantitas dan kualitas
buku telah cukup untuk berfungsi sebagai pendidikan sepanjang hayat sebanyak 10
responden atau 9.26%.
Dari data ini diketahui bahwa pemustaka
telah memahami behwa Perpustakaan Unhas telah berfungsi sebagai wahana
pendidikan sepanjang hayat alasannya karena siapapun dapat belajar di
perpustakaan (37.04%) dan ada pemustaka yang menganggap bahwa pendidikan
sepanjang hayat terletak dari segi kuantitas dan kualitas buku (9.26%).
Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa
responden yang menjawab bahwa pendidikan sepanjang hayat terletak dari segi
kuantitas dan kualitas adalah mahasiswa baru yang kagum dengan koleksi yang
dimiliki oleh Perpustakaan Unhas sehingga dari keseluruhan koleksi yang ada di
perpustakaan termasuk corner-corner (Cina corner, Jerman corner, Korea corner,
dan Prancis corner) cukup untuk semua kalangan.
2. Pentingnya Belajar Mandiri di Perpustakaan
Berdasarkan jawaban responden terhadap
pertanyaan tentang apakah penting belajar mandiri di Perpustakaan maka
diperoleh jawaban dengan gambaran sebagai berikut:
No.
|
Pentingnya
Belajar Mandiri di Perpustakaan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
1.
|
Penting
menjadikan perpustakaan sebagai sarana kedua setelah belajar di kelas untuk
menambah wawasan
|
13
|
12.04%
|
2.
|
Penting
karena suasana perpustakaan mendukung seseorang untuk belajar secara mandiri
|
11
|
10.19%
|
3.
|
Penting
karena pembelajaran bukan hanya dari dosen
|
32
|
29.63%
|
4.
|
Penting
karena mengulang pelajaran dari dosen dapat dilakukan di perpustakaan
|
16
|
14.81%
|
5.
|
Penting
karena perpustakaan menyediakan sumber ilmu yang gratis dan lengkap
|
12
|
11.11%
|
6.
|
Penting
karena belajar mandiri di perpustakaan dapat meningkatkan kesadaran belajar
di mana dan kapan saja
|
15
|
13.89%
|
7.
|
Penting
karena belajar mandiri dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis
|
9
|
8.33%
|
Jumlah
|
108
|
100%
|
Berdasarkan
tabel di atas, diketahui bahwa responden yang mengatakan penting
menjadikan perpustakaan sebagai sarana kedua setelah belajar di kelas untuk
menambah wawasan sebanyak 13 responden atau 12.04%, responden yang mengatakan penting karena suasana perpustakaan
mendukung seseorang untuk belajar secara mandiri sebanyak 11 responden atau
10.19%, responden yang mengatakan penting karena pembelajaran bukan hanya dari
dosen sebanyak 32 responden atau 29.63%, responden yang mengatakan penting
karena mengulang pelajaran dari dosen dapat dilakukan di perpustakaan sebanyak
16 responden atau 14.81%, responden yang mengatakan penting karena perpustakaan
menyediakan sumber ilmu yang gratis dan lengkap sebanyak 12 responden atau
11.11%, responden yang mengatakan penting karena belajar mandiri di
perpustakaan dapat meningkatkan kesadaran belajar di mana dan kapan saja
sebanyak 15 atau 13.89%, dan responden yang mengatakan penting karena belajar
mandiri dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis sebanyak 9 responden atau
8.33%.
Dari data ini diketahui bahwa pemustaka
mengatakan penting untuk belajar mandiri di perpustakaan alasannya karena
belajar (ilmu) bukan hanya dari dosen. Hal ini sudah sesuai dengan tujuan
perpustakaan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan ada pemustaka yang
menganggap bahwa ketika belajar mandiri di perpustakaan mampu mengembangkan
kemampuan berpikir kritis. Hal ini dapat menjadi masukan bagi pengelola
perpustakaan bahwa perpustakaan juga memiliki manfaat untuk melatih pemustaka
berpikir kritis. Karena itu, pihak perpustakaan perlu mengembangkan suasana
nyaman dalam perpustakaan.
3. Perpustakaan dapat digunakan sebagai sarana
pendidikan formal dan informal
Berdasarkan jawaban responden terhadap
pertanyaan tentang apakah perpustakaan dapat digunakan sebagai sarana
pembelajaran secara formal dan informal maka diperoleh jawaban dengan gambaran
sebagai berikut:
No.
|
Perpustakaan
sebagai sarana pembelajaran formal dan informal
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
1.
|
Dapat
digunakan sebagai pembelajaran formal dan informal karena memiliki banyak
sumber pengetahuan (referensi) dan bisa digunakan secara umum (semua
kalangan)
|
65
|
60.19%
|
2.
|
Dapat
digunakan sebagai pembelajaran formal dan informal karena fasilitasnya
mendukung untuk itu
|
43
|
39.81%
|
Jumlah
|
108
|
100%
|
Berdasarkan
tabel di atas, diketahui bahwa responden yang menjawab perpustakan dapat
digunakan sebagai sarana pembelajaran formal dan informal karena memiliki
banyak sumber pengetahuan (referensi) dan bisa digunakan secara umum (semua
kalangan) sebanyak 65 responden atau 60.19% dan responden yang menjawan
perpustakaan dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran formal dan informal
karena fasilitasnya mendukung untuk itu.
Dari
data ini diketahui bahwa berdasarkan jawaban responden perpustakaan dapat saja
berfungsi sebagai sarana
pembelajaran formal dan informal karena memiliki referensi yang dapat digunakan
untuk semua kalangan dan fasilitas yang tersedia di perpustakaan juga
mendukung. Hal ini dapat menjadi masukan kepada pihak lembaga induk agar
senantiasa membuat perpustakaan lebih lengkap dengan fasilitas-fasilitas yang
dapat digunakan sebagai sarana yang mendukung terealisasinya pembelajaran
secara formal dan informal.
4. Perpustakaan membentuk masyarakat pembelajar dan
gemar membaca
Berdasarkan jawaban responden terhadap
pertanyaan tentang apakah perpustakaan dapat menjadikan masyarakat gemar
membaca dan dapat merealisasikan masyarakat pembelajar maka diperoleh jawaban
dengan gambaran sebagai berikut:
No.
|
Perpustakaan
menjadikan masyarakat gemar membaca dan dapat merealisasikan masyarakat
pembelajar
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
1.
|
Gemar
membaca dapat diperoleh di perpustakaan. Gemar membaca hanya dapat terjadi
jika ada rasa penasaran dalam menggali ilmu
|
20
|
18.52%
|
2.
|
Gemar
membaca bisa terealisasi jika didukung oleh sarana sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa/pemustaka
|
53
|
49.07%
|
3.
|
Kegemaran
membaca sekarang ini dipengaruhi oleh tampilan perpustakaan (kenyamanan) dan
keberadaan koleksi yang dapat diakses
dengan smartphone
|
35
|
32.41%
|
Jumlah
|
108
|
100%
|
Berdasarkan
tabel di atas, diketahui bahwa responden yang menjawab bahwa gemar membaca
dapat diperoleh di perpustakaan. Gemar membaca hanya dapat terjadi jika ada
rasa penasaran dalam menggali ilmu sebanyak 20 responden atau 18.52%, responden
yang menjawab gemar membaca bisa terealisasi jika didukung oleh sarana sesuai
dengan kebutuhan mahasiswa/pemustaka sebanyak 53 responden atau 49.07%, dan
responden yang menjawab kegemaran membaca sekarang ini dipengaruhi oleh
tampilan perpustakaan (kenyamanan) dan keberadaan koleksi yang dapat diakses dengan smartphone sebanyak
35 responden atau 32.41%.
Dari
data ini diketahui bahwa berdasarkan jawaban responden bahwa gemar membaca
bisa terealisasi jika didukung oleh sarana sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa/pemustaka. hal ini menjadi masukan kepada pihak perpustakaan agar
mereka dapat mengadakan sarana termasuk koleksi yang sesuai dengan kebutuhan
pemustaka.
Keberadaan tampilan perpustakaan
(kenyamanan) dan keberadaan koleksi yang dapat diakses dengan smartphone perlu
dilakukan agar pemustaka merasa nyaman dan sebaiknya aplikasi perpustakaan juga
berbasis smartphone. Di samping itu, pustakawan juga perlu lebih kreatif dalam
mempromosikan koleksi perpustakaan kepada pemustaka. Alasannya, pemustaka
memiliki kegemaran membaca jika mereka penasaran dengan suatu ilmu. Dari dasar
ini sebaiknya pustakawan bisa membuat pemustaka penasaran dengan koleksi
perpustakaan ketika melakukan promosi perpustakaan.
Pengetahuan
Pemustaka tentang fungsi Perpustakaan Unhas sebagai pembelajaran sepanjang
hayat dapat disimpulkan bahwa pemustaka memanfaatkan perpustakaan sebagai
tempat belajar mandiri, sebagai sarana pembelajaran secara formal dan informal,
menjadikan perpustakaan sebagai sarana gemar membaca dan merealisasikan
masyarakat pembelajar.
Saran pemustaka terhadap fungsi
Perpustakaan Unhas sebagai pembelajaran sepanjang hayat:
- Lakukan secara rutin penyuluhan tentang betapa pentingnya pembelajaran sepanjang hayat
- Perpustakaan sebaiknya dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman
- Koleksi tercetak perlu ditambah. Jika menggunakan e-book atau e-jurnal sebaiknya dipikirkan kecepatan aksesnya
- Perpustakaan perlu membuat program pembelajaran yang berkesimbungan untuk mencapai tujuan pembelajaran
- Tingkatkan fasilitas yang terkait dengan fungsi perpustakaan sebagai pembelajaran sepanjang hayat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar